Jumat, 10 November 2017

Smart Waste Management Untuk Kota Bekasi Sehat

Kota merupakan sebuah perwujudan hasil karya cipta dan karsa manusia di dalamnya. Penduduk kota semakin semakin bertambah seiring derasnya laju urbanisasi. Kota Bekasi adalah satu kota yang menjadi sasaran kaum urban dekade terakhir ini. Salah satu dampak dari konsentrasi penduduk yang pesat adalah sampah. Ya, sampah menjadi suatu fenomena yang hingga kini masih belum dipikirkan solusinya. Saya sudah setahun lebih pindah ke Kota Bekasi dan melihat sampah menjadi masalah yang harus segera dipecahkan. 

Bau sampah seringkali tercium saat pagi atau malam dan usut punya usut ini berasal dari TPA Bantargebang. Bau busuk sampah terbawa angin hingga ke pusat kota, OMG!. Saya sendiri sering jengkel dengan kondisi tersebut karena mengganggu aktifitas. Bau busuk ini kebanyakan tentu berasal dari pembusukan sampah organik. Bagaimana mau sehat warganya kalau kondisi lingkungannya buruk?. Kota Bekasi kini sedang meluncurkan program smart city yang tengah booming dan menjadi konsep kota abad 21. 
Smart Waste Management Untuk Kota Bekasi Sehat
Tumpukan sampah di salah satu pasar kota Bekasi. Dokumen pribadi
Smart city tentu bukan hanya sekedar memanfaatkan teknologi dalam kehidupan penduduk namun tujuan utamanya adalah bagaimana dengan teknologi masyarakat kota menjadi benar-benar smart dalam perilakunya, khususnya dalam manajemen sampah. Masalah sampah menurut saya bukan berada di akhir alias di Tempat Pembuangan Akhir namun berawal dari rumah. 

Jadi konsep yang saya tuangkan adalah bagaimana mengelola sampah dari rumah. Intinya setiap rumah tangga harus sudah bisa mendaur ulang sampah di rumah (khususnya yang organik) menjadi kompos. Darimana alatnya?. Mahal tidak?. Nah ini yang harus dipikirkan oleh enginer kita supaya bisa membuat alat pengubah sampah organik menjadi kompos secara murah. Saya sempat menemukan video di youtube tentang alat pengubah sampah organik di dapur menjadi kompos. Saya yakin enginer-enginer Indonesia juga bisa membuatnya dan segera diaplikasikan ke seluruh rumah tangga di Indonesia. Saya disini hanya menuangkan ide saja, jadi kurang lebih alurnya seperti ini:

Opsi Pertama
1. Setiap rumah harus memiliki instalasi pengumbah sampah organik menjadi kompos.
2. Kompos yang yang sudah jadi setiap hari dikirim ke suatu lokasi (bisa saja disebut bank kompos). Bank kompos ini dibuat bisa per kelurahan atau kecamatan.
3. Kompos kemudian dikirim ke bank sampah untuk ditukar dengan uang. Bisa jadi penghasilan sampingan kan?. 
4. Bank sampah bisa menjual komposnya ke para pelaku industri, petani atau stake holder lain.
5. Pembelian alat daur ulang sampah organik bisa juga memakai sistem DP lalu sisanya nyicil lewat hasil kompos tadi ke bank sampah. 
Smart Waste Management Untuk Kota Bekasi Sehat
Alur smart waste management
Opsi Kedua
1. Setiap rumah mengirim sampah organik ke bank sampah yang ada di kelurahan. (opsi jika sulit membeli alat daur ulang sampah organik di rumah.
2. Dalam hal ini setiap kelurahan harus punya satu unit lokasi pengubah sampah organik menjadi kompos.
3. Setelah sampah disetor ke kelurahan, hasil kompos kemudian bisa ditukar dengan uang sesuai berat kompos yang dihasilkan.

Dampak dari adanya manajemen sampah ini adalah akan menghilangkan distribusi sampah organik yang bau dari setiap rumah menuju TPA. Sampah organik di TPA lah yang menyebabkan bau busuk tercium di Kota Bekasi. Jika dari skala rumah saja sudah bersih dari sampah organik maka di TPA pun mungkin hanya ada sampah berjenis anorganik saya yang tidak mengeluarkan bau. Jadi pada intinya kita menyediakan sebuah program yang akan mengubah perilaku masyarakat kota dan dampak akhirnya adalah kota menjadi bersih karena memang perilaku masyarakatnya sendiri sudah bersih dari rumah. Inilah yang dinamakan smart city. 

Penulis: Guru Geografi SMA Unity Bekasi

0 comments:

Posting Komentar

popcash