Senin, 30 Mei 2016

Pendidikan Seks untuk Anak


Pendidikan Seks untuk Anak
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
pendidikan seks untuk anak
Pendidikan seks adalah usaha pemberian pemahaman terhadap anatomi fisiologi seks pada manusia dan bahaya penyakit kelamin. Pendidikan seks perlu dilakukan sejak dini. Untuk itu, anak memerlukan bimbingan agar mengerti arti, fungsi, dan tujuan seks. Sehingga dapat menyalurkan seks secara baik, benar, dan legal. Seks merupakan proses berkembang biak melalui hubungan antara laki-laki dan perempuan. Pendidikan seks bertujuan untuk membina manusia agar dapat menjalankan kehidupan yang bahagia serta bertanggung jawab terhadap dirinya dan orang lain.
Seiring berkembangnya teknologi, informasi semakin mudah untuk didapat. Kini anak-anak dapat mudah mengakses informasi. Informasi didapat dari berbagi sumber seperti, internet, gadget, surat kabar, dan tayangan televisi.   Informasi yang didapat beragam, mulai dari yang pantas sampai kurang pantas untuk anak termasuk tentang seks. Untuk itu, pendidikan seks bagi anak penting. Pendidikan seks mempertimbangkan perkembangan dan kematangan usia anak. Dengan kata lain, menjawab pertanyaan anak secara tepat ketika anak bertanya seputar seks. Sehingga berbicara dengan anak tentang seks disesuakan dengan tahapan perkembangan anak berdasarkan usia.
Pada usia 0-2 tahun bayi belum mengerti apa-apa. Namun, sebenarnya mereka selalu belajar melalui indera dan rasa. Maka, orang tua perlu mulai menanamkan rasa malu dengan cara tidak mengumbar aurat bayi di sembarang tempat. Untuk itu, saat memandikan, mengganti popok, mengganti baju, dan mencebok bayi diusahakan pada ruang tertutup. Jika terpaksa di ruang terbuka, tutuplah aurat dari pandangan orang lain dengan selembar kain. Disamping itu orang tua tidak boleh melakukan hubungan suami istri disaksikan anak meskipun masih bayi. Bahkan suaranya tidak boleh terdengar oleh bayi. Jadi, lakukan pada saat bayi tidur atau saat tidak ada bayi dalam ruangan tersebut.
Bagi anak usia 2 sampai 4 tahun mulailah dengan menamakan bagian kelamin dengan benar, sesuai dengan nama sebenarnya, seperti “penis” dan “vagina”. Hindari penggunaan istilah lain atau sebutan lain untuk alat kelamin anak. Hal tersebut dapat membingungkan bagi anak. Pada usia ini anak sudah tidak menyusui. Maka, anak sudah tidak boleh melihat bagian atas dari aurat ibunya. Selain itu, anak mulai diberi pemahaman tentang menutup aurat. Terkadang anak memegang-megang alat kelaminnya. Untuk menghindari hal ini, tangan anak perlu melakukan aktivitas lain yang lebih bermanfaat seperti melipat kertas dan mainan yang dapat melatih tangan anak. Beri pengertian untuk tidak banyak menyentuh alat kelaminnya, kecuali ada keperluan seperti pipis (pada anak laki-laki) atau ada keluhan merasa sakit. Apabila anak bertanya mengapa tidak boleh, mulailah beri pemahaman anak tentang sopan santun, berkaitan dengan bagian tubuh yang wajar untuk dilihat dan dipegang. Disamping itu, pada usia ini anak belajar mengontrol kapan ia buang air besar dan kecil. Anak diajari untuk tahu dimana dan dengan siapa dia harus meminta tolong berkaitan dengan aktivitas tersebut. Jika anak mandi bersama dengan orang tua, usahakan lakukan dengan anak yang berjenis kelamin sama dan orang tua tetap memakai baju basahan.
Pada usia 4 sampai 7 tahun anak sudah paham bahwa dia hanya boleh dibantu cebok dan dilihat auratnya oleh orang yang dipercaya seperti orang tuanya, pengasuh, dan guru di sekolah. Seiring proses, anak dilatih untuk cebok sendiri. Selain itu, pada usia ini anak belajar untuk tidur terpisah dari orang tua. Anak dikenalkan pada area tubuh yang tidak boleh disentuh dan dilihat orang lain. Untuk itu, anak diajarkan memproteksi diri dan sopan santun pergaulan dalam perkataan, perbuatan, serta menjaga pandangan. Misal jika ada orang yang pipis sembarangan di jalan, ajak anak menjauh dan katakan hal tersebut tidak boleh dilihat apalagi ditiru. Pada usia ini anak mulai bertanya darimana bayi berasal. Namun belum memahami tentang alat reproduksi secara detail. Maka, jawablah dengan sederhana seperti “ibu memiliki rahim di dalam perut, di dalam rahim itulah kamu hidup dan membesar sampai siap dilahirkan ke dunia”. Disamping itu beri pemahaman global bagaimana bayi dibuat dengan mengatakan “ ibu dan ayah yang membuat kalian” atau dengan penjelasan detail seperti “bagiah sel ayah yang terkecil, sperma, bertemu dengan bagian sel ibu yang terkecil, sel telur, mulai dari pertemuan itulah terbentuk kamu di dalam rahim ibu”. Pada usia ini pula diberikan pemahaman dasar tentang hubungan seks dengan mengatakan “alam atau Tuhan menciptakan tubuh lelaki dan perempuan yang saling melengkapi seperti puzzle. Ketika penis dan vagina bertemu, sperma seperti kecebong akan keluar berenang melalui penis menuju sel telur di dalam vagina”. Jelaskan juga berkaitan dengan apa yang orang dewasa pikirkan tentang seks, seperti “seks adalah salah satu cara orang dewasa untuk mengungkapkan rasa cinta mereka satu sama lain”. Proses identifikasi gender biasanya juga mulai pada usia ini. Anak mulai mengerti perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Maka, orang tua perlu mengawal masa pembentukan identitas gender ini agar tidak terjadi penyempingan. Saat anak melihat tontonan yang merancukan perbedaan gender seperti, laki-laki menggunakan baju perempuan atau sebaliknya, berikan penjelasan bahwa hal tersebut tidak tepat. Manusia diciptakan laki-laki dan perempuan, maka masing-masing harus menjalankan perannya dan tidak boleh bertukar.
Pada usia 8 sampai 12 tahun jelaskan kepada anak tentang pentingnya seks. Pada usia ini anak sudah dapat menerima penjelasan dasar dalam segala topik termasuk pemerkosaan. Orang tua dapat menjelaskan mengenai pemerkosaan seperti “pemerkosaan adalah saat seseorang memaksa orang lainnya untuk melakukan hubungan seks dan hal tersebut adalah salah”. Perubahan terjadi karena anak mulai memasuki masa puber. Pada masa ini anak sudah siap membicarakan seks dan topik lain terkait seks yang telah anak lihat atau dengar dari tayangan televisi, media sosial, atau sumber lainnya. Pada usia ini juga anak sudah mulai merumuskan nilai dan pengertian mereka sendiri. Anak lebih sering menanyakan dan membicarakan seks agar anak tetap mendapatkan konteks yang benar dan tepat dari sumber informasi yang benar. Orang tua harus tetap dapat menempatkan diri sebagai orang dewasa dan memahami batasan-batasan tertentu tentang seks bagi anak.
Pendidikan seks sangat penting bagi perkembangan anak. Rasa ingin tahu anak yang besar perlu dibekali dengan pendidikan seks yang tepat. Orang tua harus menjadi sumber informasi dan pemberi jawaban tentang seks bagi anak. Jika tidak, maka anak akan mencari jawaban dari orang lain dan akan lebih berbahaya apabila informasi seks didapat dari teman sebaya atau internet yang informasinya bisa saja salah. Oleh sebab itu, lindungi anak-anak sejak dini dengan pendidikan seks dengan cara yang tepat.

0 comments:

Posting Komentar

popcash