Laboratorium Bahasa di Sekolah Dasar
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Secara konvensional, laboratorium bahasa di Sekolah Dasar (SD) umumnya berupa sebuah ruangan yang berisi meja atau booth yang dilengkapi dengan tape player dengan segala kelengkapan dan control booth guru atau pengamat dan digunakan untuk pembelajaran bahasa di SD. Tape player memiliki fasilitas untuk play, rewind, forward, dan record. Peserta didik dapat berlatih menggunakan bahan rekaman dan mengikuti kegiatan pembelajaran bahasa secara individual atau kelompok, dan guru dapat mendengarkan masing-masing peserta didik melalui headset.
Pada saat ini, laboratorium bahasa konvensional di banyak lembaga pendidikan telah digantikan dengan laboratorium multimedia berupa ruang yang dilengkapi dengan jaringan komputer yang terhubung dengan jaringan internet, perangkat lunak yang sesuai, dan peralatan lain yang dirancang untuk membantu peserta didik belajar bahasa, baik dengan bimbingan guru maupun tanpa bimbingan guru. Laboratorium multimedia memenuhi fungsi yang ada pada laboratorium bahasa konvensional.
Penggunaan laboratorium bahasa untuk pembelajaran bahasa asing menjadi populer sejak zaman Perang Dunia II, terutama di Amerika Serikat, dalam upaya melatih berbahasa asing bagi anggota angkatan perang yang akan ditugaskan ke daerah-daerah pendudukan di negara asing. Laboratorium pada kala itu dimanfaatkan terutama sebagai upaya mengatasi kekurangan tenaga guru. Sebagai pengganti guru, potensi laboratorium bahasa yang paling besar adalah memberikan pelatihan yang bersifat menghafal dan menirukan (rote learning/listen & repeat) secara mekanistik tanpa lelah. Dengan demikian, materi pembelajaran bahasa asing pun didesain dengan pendekatan mekanistik yang tujuannya membentuk kebiasaan (habit forming) dalam menerapkan pola kalimat. Pendekatan ini dikenal dengan istilah pendekatan audio-lingual, yang berdasarkan teori ilmu jiwa behaviorisme dan aliran linguistik struktural (structural linguistic).
Berbeda dari paradigma lama, pada paradigma baru laboratorium bahasa tidak difungsikan sebagai pengganti guru, melainkan sebagai media pembelajaran. Fungsinya tidak sebagai sarana pelatihan mekanik yang bertujuan membentuk kebiasaan dalam pemantapan pola kalimat (pattern practice), melainkan untuk pelatihan berkomunikasi. Desain materi dan pendekatan yang digunakan bukan pendekatan behavioristik, melainkan lebih mendasarkan kepada kemampuan kognitif. Pendekatan semacam ini dikenal dengan istilah pendekatan komunikatif (communicative approach).
Berdasarkan kelengkapan perangkat keras dan jenis kegiatan pembelajaran yang ditawarkan, pada umumnya laboratorium bahasa dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yakni:
1. Kelompok pertama adalah laboratorium yang hanya dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran reseptif. Jenis ini sering disebut AP (Audio Passive). Peserta didik mendengarkan bahan audio, biasanya menggunakan headset, yang diperdengarkan dari satu sumber (master console) yang dikendalikan oleh guru.
2. Kelompok ke dua adalah laboratorium yang menawarkan fasilitas yang memungkinkan peserta didik untuk memberikan umpan balik melalui mikrofon yang ada di headset. Jenis ini sering disebut AA (Audio Active). Pada kelompok ini peserta didik juga mempelajari bahan tertentu dengan kecepatan yang sama karena sumber utama bahan tersebut ada di master console yang dikendalikan oleh guru.
3. Kelompok ke tiga adalah laboratorium yang memiliki fasilitas yang memungkinkan interaksi dua arah antara guru dan siswa (baik secara individu, kelompok, maupun keseluruhan), antar siswa (dalam kerja berpasangan, kelompok, dan kelas), dan pembelajaran bahasa oleh peserta didik secara individual dengan kecepatan dan materi sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pada jenis laboratorium ini peserta didik dapat mengontrol kegiatannya sendiri, seperti playback, record, dan review. Peserta didik juga dapat dikelompokkan untuk mengerjakan kegiatan kelompok. Jenis laboratorium ini sering disebut ACC (Audio Active Comparative).
Fasilitas pembelajaran laboratorium bahasa kelompok I dan II terbatas pada programmed instruction karena kendali sepenuhnya ada pada master console (guru). Sedangkan pada kelompok III dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran secara interaktif dan komunikatif. Sesuai dengan kemampuan masing-masing, sekolah dapat mengadakan laboratorium bahasa tipe AP, AA, atau ACC.
Pada prinsipnya perangkat keras laboratorium bahasa dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu bagian meja guru (master console) dan bagian meja peserta didik (booth). Pada umumnya peralatan utama yang ada pada meja guru terdiri atas:
1. Piranti masukan program (tape player, CD/DVD player);
2. Piranti komunikasi melalui headset atau microphone;
3. Piranti pengaturan komunikasi dengan peserta didik;
4. Piranti pengaturan suara (amplifier/room speaker);
5. Piranti video monitor;
6. Televisi besar; dan
7. Piranti catu daya untuk keseluruhan sistem.
Sedangkan pada meja peserta didik terdiri atas peralatan:
1. Headset dan microphone;
2. Tape recorder;
3. Pre-amplifier; dan
4. Tombol pemanggil.
Pada umumnya perangkat lunak dalam pembelajaran bahasa dalam laboratorium bahasa adalah perangkat, seperti pita kaset, pita video, film, CD/VCD/DVD, dan bahan-bahan pembelajaran cetak. Adapun berdasarkan siapa yang menyiapkannya, perangkat lunak pembelajaran bahasa dengan menggunakan fasilitas laboratorium bahasa dapat dikelompokkan menjadi empat (4), yakni:
1. Produk komersial yang sesungguhnya diproduksi bukan untuk pembelajaran bahasa, misalnya kaset lagu dan film.
2. Bahan ajar komersial yang terdapat di pasaran, dan memang dirancang sebagai media pembelajaran bahasa asing, misalnya kaset latihan TOEFL, IELTS, bahan latihan percakapan, pelafalan (pronunciation), dan sebagainya.
3. Produk yang dibuat oleh guru dengan cara menyunting bahan dari berbagai sumber, seperti dari produk komersial, film, siaran radio, dan televisi.
4. Bahan ajar produk guru (teacher-made) yang dirancang oleh guru dan disesuaikan dengan kurikulum atau kebutuhan peserta didik.
5. Produk lembaga pemerintahan yang dirancang untuk digunakan oleh guru sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Produk ini biasanya berupa bahan penyerta atau suplemen buku guru dan buku siswa.
Dengan kelebihan dan kekurangannnya masing-masing, keempat jenis perangkat lunak tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa di laboratorium bahasa.
Contoh tata letak pada laboratorium bahasa disajikan pada gambar berikut:
Tata Letak Laboratorium Bahasa
0 comments:
Posting Komentar