Sabtu, 03 Juni 2017

Keterampilan Mengadakan Variasi



Keterampilan Mengadakan Variasi
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

Keterampilan Mengadakan Variasi

Sanjaya (2011, hlm. 38) menyatakan bahwa “keterampilan variasi adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan sehingga siswa antusias dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran”. Mengadakan variasi dalam pembelajaran ditunjukkan untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa karena pembelajaran yang monoton. Selanjutnya, Rusman (2014, hlm. 85) berpendapat “dengan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih bermakna dan optimal, sehigga siswa menunjukkan ketekunan, antusias serta penuh partisipasi dalam kegiatan pembelajaran”.
Berdasar beberapa pendapat tersebut, disimpulkan bahwa keterampilan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran sebagai upaya untuk mengatasi kebosanan peserta didik. Kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan optimal dengan ketekunan, antusias, serta penuh partisipasi peserta didik. Sehingga hasil pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.
Djamarah (2010, hlm. 161) menyatakan bahwa “penggunaan variasi terutama ditujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa”. Untuk itu, tujuan mengadakan variasi di antaranya: 1) meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap relevansi proses belajar mengajar, 2) memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, 3) membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, 4) memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual, dan 5) mendorong anak didik untuk belajar. Sejalan dengan itu, Anitah (2008, hlm. 7.39) menyatakan bahwa variasi di dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk:
1. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.
2. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu.
3. Mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru.
4. Melayani gaya belajar siswa yang beranekaragam.
5. Meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Sedangkan Mulyasa (2013, hlm. 78-79) mengemukakan tujuan dari mengadakan variasi dalam pembelajaran, sebagai berikut:
1. Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan.
2. Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai hal baru dalam pembelajaran.
3. Memupuk perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran.
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Ada tiga prinsip penggunaan keterampilan mengadakan variasi (variation skills) yang perlu diperhatikan guru menurut Rusman (2014, hlm. 86), yakni:
1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa, dan tidak menganggu kegiatan pembelajaran.
3. Direncanakan secara baik dan secara eksplisit tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Selanjutnya, agar variasi dapat berfungsi secara efektif, menurut Anitah (2008, 7.47) guru perlu memperhatikan prinsip penggunaannya, sebagai berikut:
1. Variasi yang dibuat harus mengandung maksud dan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik kemampuan siswa, latar belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, dan kemampuan guru menciptakan variasi tersebut.
2. Variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar.
3. Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, hingga tidak merusak suasana kelas, dan tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar.
4. Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam rencana pembelajaran.
Sedangkan Djamarah (2010, hlm. 125) mengemukakan prinsip penggunaan variasi, sebagai berikut:
1. Di dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktur dan direncanakan oleh guru.
Sanjaya (2011, hlm. 39) mengemukakan ada tiga jenis variasi yang dilakukan oleh guru, antara lain:
1. Variasi pada waktu melaksanakan proses pembelajaran
Untuk menjaga proses pembelajaran tetap kondusif, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan, sebagai berikut:
a. Penggunaan variasi suara (teacher voice).
Di dalam suatu proses pembelajaran terkadang terjadi kurangnya perhatian siswa. Hal ini disebabkan oleh suaru guru. Terkadang suaru guru terlalu lemah, sehingga sulit ditangkap oleh siswa, atau pengucapan kalimat yang kurang jelas. Guru yang baik akan terampil mengatur volume suaranya, sehingga pesan akan mudah ditangkap dan dipahami oleh seluruh siswa. Guru harus mampu mengatur suara, kapan ia harus mengeraskan atau melemahkan suaranya. Melalui intonasi dan pengaturan suara yang baik dapat membuat siswa bergairah dalam belajar, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak membosankan.
b. Pemusatan perhatian (focusing)
Memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh guru untuk memfokuskan perhatian siswa. Pemusatan perhatian diperlukan untuk meminta perhatian khusus dari siswa terhadap hal-hal yang spesifik.
c. Kebisuan guru (teacher silence)
Ada kalanya guru dituntut untuk tidak berkata apa-apa. Teknik ini dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa. Melalui kebisuan guru dapat menarik perhatian siswa. Oleh sebab itu, teknik diam dapat digunakan sebagai alat untuk menstimulasi ketenangan dalam belajar.
d. Mengadakan kontak pandang (eye contact)
Setiap siswa membutuhkan perhatian dan penghargaan. Guru yang baik akan memberikan perhatian kepada siswa melalui kontak mata. Kontak mata yang terjaga terus dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa.
e. Gerakan guru (teacher movement)
Gerakan guru di kelas dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk memusatkan perhatian siswa. Guru yang baik akan terampil mengekspresikan wajah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Gerakan-gerakan guru dapat membantu untuk kelancaran berkomunikasi, sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh siswa.
2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Namun, yang menjadi permasalahan adalah bagaimana agar proses komunikasi tersebut berjalan dengan efektif dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara utuh. Untuk kepentingan tersebut, guru perlu menggunakan variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran. Secara umum ada tiga bentuk media, yakni media yang dapat didengar, dilihat dan diraba. Untuk dapat mempertinggi perhatian siswa, guru perlu menggunakan setiap media sesuai dengan kebutuhan.
Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran dapat dilakukan, sebagai berikut:
a. Variasi media dapat dilihat (visual), seperti menggunakan gambar, slide, foto, bagan, dan sebagainya.
b. Variasi alat atau media yang dapat didengar (audio), seperti menggunakan radio, musik, deklamasi, puisi, dan sebagainya.
c. Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik). Pemanfaatan media semacam ini dapat menarik perhatian siswa, sebab siswa dapat secara langsung membentuk dan memperagakan kegiatannya, baik secara individu ataupun kelompok.
3. Variasi dalam berinteraksi
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Guru perlu membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kesalahan yang sering terjadi selama proses pembelajaran berlangsung adalah guru hanya menggunakan pola interaksi satu arah, yaitu guru ke siswa. Pola interaksi tersebut bukan dapat membuat iklim pembelajaran menjadi statis, tapi dapat menjunjung kreatifitas siswa. Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan variasi interaksi dua arah, bahkan pola interaksi yang multiarah.

Referensi
Anitah, S. (2008). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Djamarah (2010). Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Mulyasa, E. (2013). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rusman (2014). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

0 comments:

Posting Komentar

popcash