Senin, 28 Agustus 2017

Cerita Pendek Anak Tiga Bahasa (Indonesia-Sunda-Inggris) Aku Ingin Menjadi Guru-Abdi Hoyong Janten Guru-I Will Become a Teacher



Aku Ingin Menjadi Guru
Karya : Siti Putri Indriani
Editor: Rizki Siddiq Nugraha

Cerita Pendek Anak Tiga Bahasa (Indonesia-Sunda-Inggris) Aku Ingin Menjadi Guru-Abdi Hoyong Janten Guru-I Will Become a Teacher


Hari Rabu dalam suasana cerah anak kelas 6 SDN Mekarsari telah siap dengan pakaian olahraganya. Satu per satu siswa mulai masuk lingkungan sekolah dengan berbagai macam kendaraan yang mengantarkannya sampai ke sekolah. Ada yang diantar orang tuanya menggunakan motor, becak, sepeda, bahkan mobil dengan merk ternama. Salah satu siswanya bernama Zahra, putri pengusaha di Bandung Raya yang sekarang berada di kelas 6.
Teng tong teng tong. Bel sekolah telah berbunyi. Seperti biasanya siswa kelas 6 langsung berlarian ke tengah lapangan untuk mengikuti pelajaran olahraga bersama Bapak Roni. “Ketua kelas silahkan rapihkan barisan teman-teman, kita akan mulai untuk pemanasan”, ujar Pak Roni kepada Hendi selaku ketua kelas, kelas 6. “Iya pak”, jawab Hendi. Tak lama dari itu Hendi langsung maju ke depan dan merapihkan barisan teman-temannya.
Setelah terlihat rapi. Pak Roni langsung memimpin jalannya pemanasan dari mulai gerakan statis hingga dinamis dan seluruh siswa ikut menghitung dengan lantang. “Pemanasan sudah selesai, anak-anak kumpul di samping lapangan. Silahkan duduk. Kakinya diselonjorkan ya”, jelas Pak Roni setelah pemanasan selesai. “Untuk pelajaran olahraga hari ini kita akan bermain permainan tradisional yaitu galasin”. Pak Roni menjelaskan aturan main dan menyebutkan penunjang galasin tersebut.
Setelah semuanya mengerti, permainan segera dimulai. Pak Roni memandu jalannya permainan. Masing-masing kelompok tengah mendiskusikan strategi agar kelompok mereka menang dalam permainan. Beberapa menit kemudian permainan dimulai. Semua siswa asyik mengikuti permainan dan beberapa kelompok yang belum kebagian main asyik melihat teman-teman yang lainnya.
Di tengah permainan berlangsung tiba-tiba Ratna jatuh terpeleset. Zahra langsung mendekatinya dan membawanya ke pinggir lapangan. Lutut Ratna terlihat berdarah. Zahra berlari ke ruang UKS dan membawa obat-obatan untuk mengobati temannya Ratna. “Zahra ayo main, nanti Ratna sama petugas UKS aja”, ujar teman kelompoknya. “Iya Zahra main dulu ya”, Pak Roni menegaskan kembali. “Engga. Aku mau jaga Ratna aja. Aku digantikan sama siapa aja Pak”, jawab Zahra dengan tegas. “Hmm, oke deh. Zahra jaga Ratna ya”, jawab Pak Roni. “Iya pak”, Zahra menjawab dengan cepat. Di tengah lapangan siswa kelas 6 yang lain melanjutkan kembali permainan hingga jam pelajaran olahraga selesai.
Setelah keadaannya membaik, Ratna dan Zahra kembali mengikuti pelajaran berikutnya. “Zahra makasih ya”, ucap Ratna. “Sama-sama Ratna”, jawab Zahra. Seluruh siswa kelas 6 mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh wali kelasnya. Setelah selesai menyampaikan materi pelajaran pada hari itu. Bu Siska mengumumkan hasil ujian tengah semester yang telah dilaksanakan seminggu sebelumnya dan membagikan surat undangan kepada orang tua dalam kegiatan “Semarak Menggali Cita-cita” yang biasa diadakan di sekolah tersebut khusus untuk siswa kelas 6.
Seluruh siswa riang gembira melihat hasil ujiannya. Lain halnya dengan Zahra yang hanya melihat hasil ujiannya sekilas dan langsung dimasukkannya ke dalam tas birunya. “Zahra kamu nilainya berapa?”, tanya Indah. “Yang pasti ada nilainya. Pulang bareng yuk. Aku dijemput papah hari ini naik mobil”, jawab Zahra dengan singkat dan langsung mengganti topik pembicaraannya. “Ayo, jadi aku ga usah naik angkot. Hehe”, jawab Indah dengan senang.
Setibanya di rumah. Zahra mendekati ibunya kemudian menyerahkan hasil UTS dan surat undangan yang diberikan Bu Siska di sekolah. “Ini mah”, ucap Zahra sambil memberikan dua carik kertas kepada ibunya. Setelah itu ia pergi ke kamarnya dengan tidak mengucapkan apa-apa, ibu Zahra membuka kedua kertas tersebut. “Astagfirullah. Papah kesini”, Ibu Zahra teriak memanggil Papah Zahra setelah melihat hasil UTS anaknya yang begitu pas-pasan. “Zahra....”, papahnya kecewa berat. “Tenang Pah, sudah terjadi ko, besok ibu akan menemui wali kelasnya”. “Tapi bu anak kita mau jadi apa nantinya, apalagi ini akan ada semarak menggali cita-cita. Mau ditaro di mana ini muka Papah bu”, jelas papah Zahra. “Iya iya, Ibu ngerti. Sudah ah, Ibu mau menyiapkan makan siang Zahra”, jawab Ibu Zahra dengan tenang.
Kesokan harinya, ibu Zahra pergi ke sekolah menemui wali kelas Zahra. “Maksud kedatangan saya kesini untuk meminta pendapat dari Ibu selaku wali kelas putri saya Zahra. Kemarin saya melihat hasil UTS Zahra. Mungkin Ibu juga kecewa melihatnya. Saya dan suami juga sudah berusaha memberikan pelajaran tambahan dan lain sebagainya. Namun hasilnya tetap seperti itu. Saya dan suami jadi bingung bu masa depan Zahra kelak. Jika Ibu berkenan kira-kira Zahra cocok menjadi apa ya bu?” Ibu Zahra menemui Bu Siska dan menjelaskan kegundahannya terhadap masa depan anaknya. “Begini bu, saya tidak akan menyebutkan Zahra cocok kemana ya bu. Soalnya itu hak anak yang tidak bisa dipaksakan dan Ibu juga Bapak sebagai orang tua Zahra. Hanya saja saya akan memberitahukan kepada ibu bahwa Zahra itu memiliki sifat baik kepada temannya. Ia senang membantu temannya baik fisik maupun materi. Dari sikapnya seperti itu, saya tidak berani memaksa kehendak dirinya bu”, jawab Bu Siska dengan tenang. Pembicaraan tersebut berlanjut hingga Bu Siska harus masuk kelas untuk mengajar. Ibu Zahra pun kembali pulang ke rumahnya.
Hari Semarak Menggali Cita-cita pun akhirnya tiba. “Selamat datang kepada seluruh siswa dan orang tua yang telah hadir. Silahkan menempati tempat yang telah disediakan.” MC kegiatan Semarak Menggali Cita-cita sudah mulai mengondisikan seluruh siswa dan orang tua beserta guru-gurunya. Beberapa jam kemudian setelah selesai pembukaan dan prosesi anak kelas 6 SD, kegiatan utama yaitu mengetahui cita-cita seluruh siswa kelas 6 akan dimulai. Siswa akan dipanggil berdasarkan nomor daftar hadir di kelas.
“Selanjutnya kegiatan utama Semarak Menggali Cita-cita yaitu pemaparan cita-cita setiap siswa akan dimulai. Dari mulai urutan (1) Ananda Cipta Katresna” MC mulai memanggil satu per satu siswa. “Assalamu’alaikum. Perkenalkan saya Cipta Katresna. Saya bercita-cita menjadi seorang dokter yang akan membantu menyembuhkan orang sakit”.
“Oke berikan tepuk tangan yang meriah untuk Cipta”. MC menyebarkan semangat kepada seluruh hadirin. “Selanjutnya nomor urut (2) Ananda Ratna Pratiwi”. “Assalamu’alaikum. Perkenalkan saya Ratna Pratiwi. Saya bercita-cita menjadi seorang Pramugari .... “. “Wahh bercita-cita menjadi pramugari cantik ya nak”. MC terus melanjutkan pemanggilan siswa.
“Bu ko jadi Papah yang deg-degan ya”, ujar Papah Zahra. “Iya Pah, Ibu juga sama. Tapi Ibu yakin ko Zahra tidak akan memalukan kita”, jawab Ibu Zahra.
“Selanjutnya nomor urut (19) Ananda Zahra Putri Prawestri”. “Assalamu’alaikum. Perkenalkan aku Zahra Putri Prawestri. Aku memiliki cita-cita yang berbeda dari teman-teman sebelumnya. Aku ingin bermanfaat bagi orang banyak dan membanggakan kedua orang tuaku dengan menjadi seorang guru”. Semua hadirin terharu terhadap Zahra dan memberikan tepuk tangan yang sangat meriah. Dengan kerendahan hati dan kebaikannya ia memiliki cita-cita menjadi seorang guru. Ibu dan Papah Zahra pun bangga bahwa mereka memiliki anak yang bercita-cita mulia.


Abdi Hoyong Janten Guru
Karya : Siti Putri Indriani
Editor: Rizki Siddiq Nugraha

Cerita Pendek Anak Tiga Bahasa (Indonesia-Sunda-Inggris) Aku Ingin Menjadi Guru-Abdi Hoyong Janten Guru-I Will Become a Teacher


Hari Rebo dina poé nu mentrang, barudak kelas 6 SDN Mekarsari geus siap nganggé baju olahragana. Hiji-hijieun murid asup ka sakola nganggé macem-macem kandaraan nu nganteur nepi ka sakola. Aya nu dianteur ku kolotna nganggé motor, béca, sapedah, ogé mobil nu alus. Salah sahijina nyaéta Zahra, budak pengusaha ti Bandung Raya nu ayeuna aya di kelas 6.
Teng tong teng tong. Bel sakola geus disada. Jiga biasanya murid kelas 6 tuluy lalumpatan ka tengah lapang jang milu pangajaran olahraga diaping ku Bapa Roni. “Pupuhu kelas sok rapihkeun baris babaturanna, urang rék ngamimitian pamanasan”, ceuk Pak Roni ka Hendi salaku pupuhu kelas, kelas 6. “Muhun pa”, waler Hendi. Teu lila ti éta Hendi tuluy maju ka hareup jeung ngarapihkeun baris babaturannana.
Saengges katempo rapih. Pak Roni tuluy mimpin pamanasan ti mimiti gerakan statis nepi dinamis jeung sakabéh murid milu ngitung ku sora nu tarik. “Pamanasan geus beres, barudak kumpul di sisi lapang. Sok diuk. Sukuna disolonjorkeun nya”, jelas Pa Roni saengges pamanasan bérés. “Jang pangajaan olahraga poé ieu arurang bakal maén kaulinan barudak, nyaéta galah”. Pa Roni ngajelaskeun aturan maén jeung cara maén galah.
Saengges sakabéhna ngarti, kaulinan éta tuluy dimimitian. Pa Roni ngaping jalanna kaulinan. Masing-masing kelompok ngadiskusikeun cara méh kelompok manéhna meunang dina kaulinan éta. Teu lila, tuluy kaulinan éta dimimitian. Sakabéh murid gumbira miluan kaulinan jeung kelompok nu acan kabagéan maén sorak nempo babaturan nu séjénna maén.
Di tengah kaulinan éta Ratna ujug-ujug labuh tisolédat. Zahra tuluy ngadeukeutan Ratna jeung mawa Ratna ka sisi lapang. Tuur Ratna katempo geutihan. Zahra lumpat ka rohangan UKS jeung mawa ubar jang ngubaran babaturanna, nyaéta Ratna. “Zahra hayu maén, engké Ratna diurus ku petugas UKS wé”, ceuk babaturan kelompokna. “Muhun Zahra maén heula wé nya”, Pa Roni milu negeskeun. “Alim. Abi hoyong ngajagi Ratna wé. Abi digentoskeun ku saha wé pa”, waler Zahra teges. “Hmm, muhun atuh. Zahra jagi Ratna nya”, waler Pa Roni. “Muhun pa”, Zahra ngajawab téréh. Di tengah lapang murid kelas 6 nu séjén ngalanjutkeun deui kaulinan nepi jam pangajaran olahraga bérés.
Saengges kaadaan Ratna mendingan, Ratna jeung Zahra balik deui miluan pangajaran saenggesna. “Zahra nuhun nya”, saur Ratna. “Sami-sami Ratna”, waler Zahra. Sakabéh murid kelas 6 miluan pangajaran nu disampaikeun ku wali kelasna. Saengges bérés nyampéikeun matéri pangajaran di poé éta. Bu Siska ngumumkeun hasil ujian tengah semester nu geus dilaksanakeun saminggu kamari jeung ngabagikeun surat ondangan jang kolot dina kagiatan “Semarak Menggali Cita-cita” nu biasa diayakeun ku sakola éta khusus jang murid kelas 6.
Sakabéh murid tuluy récét nempo hasil ujianna. Béda halna jeung Zahra nu kur nempo hasil ujianna saliwat jeung tuluy diasupkeun kana kantong warna biruna. “Zahra nilaina sabaraha?”, tanya Indah. “nu pasti aya nilaina. Uih sareng yap. Abi dijemput bapa poé ieu naék mobil”, waler Zahra singket jeung langsung ngaganti topik obrolanna. “Hayu atuh, jadi abi teu kedah naék angkot pan. Hehe”, waler Indah gumbira.
Sanepina di imah. Zahra ngadeukeutan ibuna tuluy hasil UTS jeung surat ondangan nu dibéré Bu Siska di sakola. “Ieu mah”, saur Zahra beri masihkeun dua lembar kertas ka ibuna. Tuluy manéhna langsung indit ka kamar beri teu nyarios nanaon, ibu Zahra muka dua kertas éta. “Astagfirullah. Bapa kadieu”, Ibu Zahra ngagorowok ngageroan bapa Zahra tuluy nempokeun hasil UTS budakna nu pas-pasan. “Zahra....”, bapa kecewa beurat. “Sing tenang Pa, da tos kajadian ogé, énjing ibu badé pendak sareng wali kelasna”. “Tapi bu budak arurang ieu badé jadi naon engkéna, leuwih-leuwih ieu aya semarak menggali cita-cita. Badé disimpen di mana ieu raray bapa bu”, jelas bapa Zahra. “Muhun muhun, Ibu ngartos. Atos ah, Ibu badé nyiapkeun emam siang na Zahra”, waler Ibu Zahra nenangkeun.
Isukna, ibu Zahra indit ka sakola manggihan wali kelas Zahra. “Maksud sumpingna abi kadieu téh kanggo ukeun pendapat ti Ibu salaku wali kelas budak abi, Zahra. Kamari abi ningal hasil UTS Zahra. Mungkin Ibu gé kecewa ningalna. Abi ogé pun raka tos ngusahakeun masihan pangajaran tambahan jeung sajabana. Mung hasilna tetep sakitu waé. Abi ogé pun raka bingung Zahra kapayunna kumaha. Lamun ibu tiasa masihan pendapat kinten-kinten Zahra cocok janten naon nya bu?” Ibu Zahra manggihan Bu Siska jeung ngajelaskeun kagundahan  kana nasib kahareup budakna. “Kieu nya bu, abi teu tiasa nyebutkeun Zahra cocok kamana nya bu. Soalna éta hak  Zahra nu moal tiasa dipaksakeun ogé Ibu sareng Bapa salaku ibu ramana Zahra. Mung abi tiasa nyampeikeun ka ibu yén Zahra miboga sifat nu saé ka réncangna dina hal fisik ogé materi. Tina sikapna éta, abi teu wantun maksa kahoyongna bu”, waler Bu Siska nenangkeun. Obrolan éta tuluy dilanjutkeun nepi Bu Siska kedah lebet kanggo ngajar. Ibu Zahra mulih deui ka bumina.
Poéan Semarak Menggali Cita-cita ogé akhirna tiba. “Sampurasun ka sadaya siswa ogé ibu ramana nu tos hadir. Mangga kanggo calik di tempat nu tos disayogikeun.” Panganteur acara kagiatan Semarak Menggali Cita-cita tos mulai ngondisikeun sakabéh murid jeung ibu ramana ogé guru-guruna. Teu lila ti éta saengges bérés pembukaan jeung prosesi barudak kelas 6 SD, kagiatan utama nyaéta panyampeian cita-cita sakabéh murad kelas 6 rék dimimitian. Sakabéh murid bakal dipanggil berdasarkeun nomor daftar hadir di kelas.
“Acara salanjutna kagiatan utama Semarak Menggali Cita-cita nyaéta pamaparan cita-cita tiap siswa badé dimulai. Ti mulai urutan (1) Ananda Cipta Katresna”, panganteur acara mimiti manggil hiji-hiji murid. “Assalamu’alaikum. Kenalkeun wasta abdi Cipta Katresna. Abdi gaduh cita-cita hoyong janten dokter nu bakal ngabantos jalmi nu udur”.
“Oke pasihan keprok nu meriah kanggo Cipta”. Panganteur acara nyebarkeun semangat ka sadaya hadirin. “Satuluyna nomor urut (2) Ananda Ratna Pratiwi”. “Assalamu’alaikum. Kenalkeun wasta abdi Ratna Pratiwi. Abdi gaduh cita-cita jadi Pramugari.... “. “Wahh rcita-citana jadi pramugari geulis nya”. Panganteur acara tuluy ngalanjutkeun manggilan giliran murid.
“Bu naha jadi Bapa nu deg-degan nya”, saur Bapa Zahra. “Muhun Pa, Ibu gé sami. Mung Ibu percaya ka Zahra moal bakal ngisinkeun arurang”, waler Ibu Zahra.
“Satuluyna nomor urut (19) Ananda Zahra Putri Prawestri”. “Assalamu’alaikum. Kenalkeun wasta abdi Zahra Putri Prawestri. Abi ngagaduhan cita-cita nu benten sareng réréncangan abi sateuacanna. Abi hoyong mangpaat kanggo jalmi nu seueur sareng ngabanggakeun ibu rama abi, abi badé janten guru”. Sadaya hadirin terharu ka Zahra ogé masihan keprok nu meriah pisan. Ku karendahan haténa jeung kaalusanna Zahra miboga cita-cita hoyong janten guru. Ibu sareng Bapa na Zahra ogé bangga budakna miboga cita-cita luhur nu mulia.

I Will Become a Teacher
Karya : Siti Putri Indriani
Editor: Rizki Siddiq Nugraha

Cerita Pendek Anak Tiga Bahasa (Indonesia-Sunda-Inggris) Aku Ingin Menjadi Guru-Abdi Hoyong Janten Guru-I Will Become a Teacher


Wednesday in a sunny day a 6th grader SDN Mekarsari is ready with his/her sportswear. One by one the students begin to enter the school environment with a variety of vehicles that deliver it to school. Some of the parents escorted using motorcycles, pedicap, bicycles, even cars with famous brands. One of the student named Zahra, a child of businessman in Bandung Raya who is now in grade 6.
Teng tong teng tong. School bell rang. As usual the 6th grader students immediately ran into the middle of the field to follow sport lesson with Mr. Roni. “Chairman of the class please tidy the line of friends, we will start to warm up”, said Mr. Roni to Hendi as the head of the class, grade 6. “Yes sir”, replied Hendi. Soon Hendi went straight ahead and tidied up a line of his friend.
After looking neat. Mr. Roni immediately led the way of warming up from static to dynamic movement and all the students joined the count aloud. “The warm up is over, all students hang out next to the field. Please, sit. Armed your legs”, explained Mr. Roni after warm up finished. “For today gym lesson we will play tradisional game named galasin”. Mr. Roni explained the rules of the game and mentioned the supporting of the galasin.
Once everyone understands, the game starts immediately. Mr. Roni guided the game. Each group is discussing a strategy for their group to win in the game. A few minute later the game begins. All the students are engrossed in the game and some groups who have not gotten play the game see other friends who play the game.
In the middle of the game took place suddenly Ratna failing slip. Zahra immediately approached her and took her to the edge of the field. Ratna’s knee look bloody. Zahra ran into the UKS room and brought medicine to treat her friend, Ratna. “Zahra lets play, Ratna will be taken by UKS officer”, said his group friends. “Yes Zahra play first, ok”, Mr. Roni reiterated. “No. I want to keep Ratna. I can replaced with anyone sir”, replied Zahra firmly. “Hmm, ok. Zahra please keep Ratna ok”, replied Mr. Roni. “Yes sir”, Zahra replied quickly. In the middle of the field another 6 th grader students resumed the game until the end of the gym class.
After her condition improved, Ratna and Zahra returned to follow the next lesson. “Thanks Zahra”, said Ratna. “You’r welcome Ratna”, replied Zahra. All 6th graders attend the lessons delivered by their homeroom teacher. After finished delivering the lesson material that day. Mrs. Siska announced the results of the midterm semester exam that had been held a week before and distributed invitation letter to the parents in the activity of “Semarak Menggali Cita-cita” which usually held at the school specially for 6th graders.
All students cheerfully see the test results. Another case with Zahra who only see the results at a glance and immediately put it into her blue bag. “Zahra how about you test results?”, asked Indah. “There must be a result. Come on, go home with me. I was picked up today by a car”, Zahra replied briefly and immediately changed the topic of her conversation. “Ok, so i do not to take a public transportation. Hehe”, said Indah with pleasure.
Arriving at home Zahra approached her mother then handed over the results of UTS and the invitation letter from Mrs. Siska. “This it mom”, said Zahra while giving two paper to her mother. After that she went to her room with nothing to say. Zahra’s mother opened that two papers. “Astagfirullah. Honey come here”, Zahra’s mother yelled after calling Zahra’s father, after that seeing the result of his child UTS so mediocre. “Zahra....”, i’m so diappointed. “Calm down honey, that already happened, tomorow i will meet her homeroom teacher”. “But honey, our soon would be what later, especially this will be a ‘semarak menggali cita-cita’. So what kind face of me, honey”, explained Zahra’s father. “Yes yes, i understand. That’s enough, i want to prepare lunch for Zahra”, replied Zahra’s mother calmly.
The next day, Zahra’s mother went to school to meet Zahra’s homeroom teacher. “The purpose of my arrival here to ask your opinions as a Zahra’s homeroom teacher. Yesterday i saw Zahra’s UTS results. Maybe you also disappointed to see it. My husband and i have also tried to provide additional lessons and so forth. But the result remains that way. My husband and i are confused for Zahra’s future. If you like, what does Zahra fit to be?” Zahra’s mother met Mrs. Siska and explained her anger over her daughter future. “Well Miss. I will not mention Zahra fits to be what. Because it is the right of her who can not forced and Mr. and Mrs. as well as Zahra’s parents. Its just that i will tell that Zahra is good to her friends. She likes to help his friend both physically and materially. From her attitude like that, i do not dare to force her will”, replied Mrs. Siska calmly. The conversation continued until Mrs. Siska had to go to class to teach. Than Zahra’s mother return to home.
The day of “Semarak Menggali Cita-cita” finally arrived. “Welcome to all students and parents who have attended. Please occupy the place that has been provided.” MC of activities “Semarak Menggali Cita-cita” has begun to maintained all students and parents and their teachers. A few hours later after the opening and procession of 6 th graders, the main activity of knowing the ideals of all 6 th grader students will begin. Students will be summoned according to the attendance list number in the class.
“Furhermore, the main activity of ‘Semarak Menggali Cita-cita’ is the exposure of the ideals of each student will begin. From the start sequenced (1) Ananda Cipta Katresna” MC starts calling one by one students. “Assalamu’alaikum. Let me introduce, my name Cipta Katresna. I aspire to be doctor who will help heal the sick”.
“Okay give applause for Cipta”. MC spreading the spirit to the whole audience. “Next number two (2) Ananda Ratna Pratiwi”. “Assalamu’alaikum. Let me introduce, my name Ratna Pratiwi. I aspire to be a stewardess.... “. “Wahh aspire to be a beautifull flight attendant”. MC continues the student calling.
“Honey i’m so dreadful”, said Zahra’s father. “Yes honey, me too. But i’m sure if Zahra will not embarrass us”, replied Zahra’s mother.
“Next number nineteen (19) Ananda Zahra Putri Prawestri”. “Assalamu’alaikum. Let me introduce, my name Zahra Putri Prawestri. I have different ideals from my previous friends. I want to benefit the people and boast my parents by becoming a teacher”. All the attendees were moved to Zahra and gave a very lively applause. With her humility and kindness she has the dream of becoming a teacher. Zahra’s mother and father are also proud that they have children who aspire noble.


0 comments:

Posting Komentar

popcash