Sabtu, 15 Agustus 2015

Biarkanlah Masa Depan Datang Sendiri

» "Biarkanlah Masa Depan Datang Sendiri" «




Jangan pernah mendahului sesuatu yang belum pernah terjadi! Apakah kita mau mengeluarkan kandungan sebelum waktunya dilahirkan, atau memetik buah-buahan sebelum masak? Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian, mengapa kita harus menyibukkan diri dengan hari esok, memikirkan kejadian-kejadian yang akan menimpa, mencemaskan kesialan-kesialan yang akan ada padanya dan meramalkan bencana-bencana yang bakal terjadi didalamnya? Bukankah kita juga tidak tahu apakah kita akan bertemu dengannya atau tidak, dan apakah hari esok kita itu akan berwujud kesenengan atau kesedihan?



Allah Ta'ala berfirman:



"Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya." (QS. An-Nahl :1)



Yang jelas, hari esok masih ada dalam gaib dan belum turun kebumi. Maka, tidak sepantasnya kita menyebrangi sebuah jembatan sebelum sampai diantaranya. Sebab, siapa yang tahu bahwa kita akan sampai atau tidak pada jembatan itu. Bisa jadi kita terhenti jalan kita sebelum sampai kejembatan itu, atau mungkin juga jembatan itu terhanyut terbawa arus terlebih dahulu sebelum kita sampai diatasnya. Bisa jadi pula kita bisa sampai kejembatan itu dan kemudian menyebranginya. Benar bahwa Allahlah yang menentukan segala sesuatunya yang bakalan terjadi di alam semesta ini.



Dalam Syariat, memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka-buka alam gaib dan kemudian terhanyut dlam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya, adalah sesuatu yang tidak benar. Pasalnya, hal itu termasuk thukul amal (angan-angan yang terlalu jauh). Secara nalar, tindakan itu pun tak masuk akal, karena sama halnya dengan berusaha perang melawan bayang-bayang. Namun ironis, kebanyakan manusia didunia ini justru banyak termakan oleh ramalan-ramalan tentang kelaparan, kemiskinan, wabah penyakit dan krisis ekonomi yang kabarnya akan menimpa mereka. Padahal, semua itu hanyalah bagian dari kurikulum yang diajarkan di "sekolah-sekolah setan".



Allah Ta'ala berfirman:



"Setan menjajikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedangkan Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia." (QS. Al-Baqarah: 268)



Mereka yang menangis sedih menatap masa depan adalah yang menyangka diri mereka akan hidup kelaparan, menderita sakit selama setahun dan memperkirakan umur dunia ini tinggal seratus tahun lagi. Padahal, orang yang sadar bahwa usia hidupnya berada di "genggaman yang lain" tentu tidak akan mengandaikannya untuk sesuatu yang tidak ada. Dan orang yang tahu kapan akan mati, tentu salah besar bila justru menyibukkan diri dengan sesuatu yang belum ada dan tak berwujud.



Biarkan hari esok itu datang dengan sendirinya. Jangan pernah menanyaan beritanya dan jangan pula pernah menanti serangan petakanya. Sebab, hari ini kita sudah sibuk.



Jika kita heran, maka lebih mengherankan lagi orang-orang yang berani menebus kesedihan suatu masa yang belum tentu matahari terbit di dalamnya dengan bersedih pada hari ini. Karenanya, hindarikah angan-angan yang sangat berlebihan dan terus bersyukur atas nikmat-Nya.



Wallahu A'alam Bish-shaawab.

0 comments:

Posting Komentar

popcash