Minggu, 14 Agustus 2016

Pendidikan Seni Musik untuk Anak



Pendidikan Seni Musik untuk Anak
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
pendidikan seni musik untuk anak
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya sadar seseorang untuk dapat memperoleh pengetahuan. Sedangkan pendidikan seni menurut Plato (dalam Rien Safrina, 2002) menyatakan bahwa, “seni seharusnya menjadi dasar pendidikan”. Sedangkan Jhon Dewey dalam Theo Riyanto (2004) menyatakan bahwa, “seni seharusnya menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan bukannya untuk kepentingan itu sendiri.
Di era globalisasi terjadi adanya perubahan di berbagai sektor kehidupan yang menimbulkan dampak positif maupun negatif. Hal ini juga berdampak pada lagu-lagu yang sering didengar siswa dengan genre dewasa. Secara psikologis lagu-lagu itu tidak sesuai dengan perkembangan siswa, sebab ada beberapa kata yang tidak lazim bila didengar oleh anak. Pendidikan sebagai sarana untuk menjembatani hal tersebut dan membentuk kepribadian anak, melalui pendidikan seni inilah dapat mengarahkan ketercapaian tujuan pendidikan secara umum yang memberikan keseimbangan rasional dan emosional, intelektualitas dan sensibilitas. Dalam hal ini pendidikan seni sebagai wadah untuk berekspresi bagi anak agar anak merasa senang dan akhirnya tercapai titik kepuasan, selain itu anak dapat melepaskan segala masalah atau perasaan yang dihadapinya.
Pendidikan seni khususnya seni musik memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengenal teknik dasar bernyanyi, unsur-unsur musik, dan menggali serta menumbuhkan rasa empati atau apresiasi terhadap musik.
Pada perkembangan pendidikan seni musik untuk anak, muncul berbagai tokoh yang berperan dalam pengembangan pendidikan seni musik untuk anak. Tokoh-tokoh tersebut seperti : Edwin Gordon, Dalcroze, Carl Orff, Zoltan Kodally, dan Jhon Curwen. Setiap tokoh memiliki pemikiran dan persepsi yang berbeda dalam memandang pendidikan seni musik untuk anak.
Dengan alasan tersebut, maka penulis menyusun makalah yang berjudul, “Pendidikan Seni Musik untuk Anak”. Dalam makalah ini penulis akan membahas berbagai perbedaan pandangan dari para tokoh-tokoh yang mengembangkan pendidikan seni musik untuk anak.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Edwin Gordon ?
2. Bagaimana pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Dalcroze ?
3. Bagaimana pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Carl Orff ?
4. Bagaimana pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Zoltan Kodaly ?
5. Bagaimana pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Jhon Curwen ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Pendidikan Seni Musik. Selain itu juga bertujuan untuk :
1. Mengetahui pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Edwin Gordon.
2. Mengetahui pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Dalcroze.
3. Mengetahui pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Carl Orff.
4. Mengetahui pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Zoltan Kodaly.
5. Mengetahui Bagaimana pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan Jhon Curwen.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, belajar menyusun makalah dan lebih mengetahui serta memahami tentang pendidikan seni musik untuk anak menurut pandangan berbagai tokoh.
2. Bagi kalangan akademik, diharapkan penyusunan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan studi perbandingan serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian dan pengembangan lebih lanjut.
3. Bagi kalangan umum, diharapkan penyusunan makalah ini nantinya dapat bermanfaat dan dapat dipertimbangkan pengembangannya.

E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi pustaka dengan menggunakan beberapa sumber buku dan internet.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Edwin Gordon

Pendidikan Seni Musik untuk Anak
Edwin Gordon adalah seorang ahli terkemuka dalam teori pembelajaran musik. Edwin Gordon dalam (Satiadarma dan Monti, 2004) berpendapat bahwa, “setiap anak memiliki kemampuan alamiah dalam bermusik”. Ini dapat didefinisikan sebagai adanya potensi terpendam dari seorang anak untuk mempelajari musik. Anak-anak dilahirkan dengan sebuah rangkaian kemampuan bermusik yang mengagumkan. Kepekaan mereka terhadap pitch, ritme, dan nada serta harus disemangati seantusias mungkin. Bagi orangtua, tantangan terbesar adalah menuntun anak untuk mengembangkan dari sekedar kemampuan alamiah menjadi sebuah prestasi, tanpa memaksa terlalu keras, yang dapat menghilangkan semua kesenangan dalam prosesnya. Anak-anak bisa membenci musik jika orangtua atau guru terlalu ambisius.
Edwin Gordon menemukan bahwa paparan musik pada masa awal kanak-kanak sama halnya dengan kemampuan berbahasa mereka. Ketika mereka sudah mampu untuk mengekspresikan musik mereka maka kemampuan mereka semakin berkembang (http://www.tanyadok.com/anak/manfaat-belajar-musik-pada-anak).
Edwin Gordon dan rekan-rekannya mengembangkan metode yang didasarkan pada penelitian dan uji coba lapangan secaraekstensif. Teori Pembelajaran Musik Edwin Gordon memberikan guru musik sebuah metode lengkap untuk mengajar kemusisian melaluiaudiasi, istilah ciptaan Gordon untuk mendengar musik dalam pikiran dengan pemahaman. Metode pengajaran membantu guru musik menetapkan tujuan kurikulum berurutan sesuai dengan gaya dan keyakinan pengajaran mereka.
(http://rizqyjeni.wordpress.com/2013/07/15/metode-dalam-pendidikan-musik/).
Prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pembelajaran musik menurut Edwin Gordon (dalam Jamalus, 1991) adalah sebagai berikut :
1. Audiation
Menurut Edwin Gordon mendengar dan menyerap bunyi musik adalah hal yang paling utama dalam belajar musik. Untuk itu diperlukan pengetahuan dasar guna membangun kemampuan anak memaknai musik. Karena audiationbukan hanya sebatas mendengarkan musik, namun lebih kepada proses kognitif dalam menerima dan memberi makna bunyi musik.
2. Music Aptitude
Potensi dasar musical seseorang biasanya berbeda satu dengan yang lain. Jika hal ini dipahami dan bisa diketahui oleh kemampuan dasar yang berbeda, akan sangat membantu siswa memngembangkan potensi musiknya.
3. Methodology
Dalam pembelajaran musik, metode yang tepat akan sangat mempengaruhi cepat atau tidaknya keberhasilan sebuah proses mempelajari musik.
B. Dalcroze

Pendidikan Seni Musik untuk Anak
Dalcroze yang bernama lengkap Emile Jaques-Dalcroze adalah seorang komponis, musisi, dan pengajar musik yang mengembangkan euritmika, sebuah metode mengajar dan mengalami musik melalui gerakan.
Metode Delcroze melibatkan pengajaran konsep musik melalui gerakan. Berbagai analogi gerakan dipakai untuk konsep musik demi mengembangkan suasana ekspresi musik yang terintegrasi dan alami. Metode ini mengajarkan konsep ritme, struktur, dan ekspresi musik dengan menggunakan gerakan. Metode Dalcroze berfokus pada memungkinkan anak mendapat kesadaran fisik dan pengembangan musik melalui pelatihan yang dilakukan semua indera, terutama kinestetik. Metode ini terdiri dari tiga elemen yang sama pentingnya, yaitu euritmika, solfegio, dan improvisasi. Dalcroze (dalam Hestiningtyas dan Lusia, 2013) berpendapat bahwa “membelokan badan sesuai instrumen musik yang bagus adalah cara terbaik untuk menciptakan dasar musik yang kuat dan bersemangat”.
Metode Dalcroze, juga dikenal sebagai Euritmika Dalcroze. Metode ini menggunakan pendekatan musik yang digunakan untuk mendorong apresiasi musik. Dalam metode ini, tubuh merupakan instrumen yang utama. Anak mendengarkan irama sepotong musik dan mengekspresikan apa yang mereka dengar melalui gerakan. Secara sederhana, pendekatan ini menghubungkan musik, gerakan, pikiran, dan tubuh
(http://musiced.about.com/od/lessonplans/p/dalcroze.htm).

C. Carl Orff

Pendidikan Seni Musik untuk Anak
Carl Orff adalah seorang pianis terkemuka yang mengembangkan sebuah sistem untuk mengintegrasikan yang alami ke dunia pendengar yang bergerak ekspresif. Menurut Carl Orff (dalam Sudarsono, 1992), “musik merupakan pendekatan yang memadukan pembicaraan yang berirama seperti rap, bahasa tubuh, gerak, dan improvisasi dengan menyanyi serta memainkan alat musik.
Usia anak pada jenjang sekolah dasar memiliki imajinasi yang harus dirangsang, yang mengandung pengalaman kemampuan untuk merasa dan kemampuan untuk mengendalikan ekspresi. Anak harus diberi kesempatan untuk melakukan itu semua. Segala sesuatu yang dialami anak pada masa ini menjadi faktor penentu dan modal anak untuk menentukan hidupnya.
Carl Orff mengemukakan sebuah metode yang bernama metode Orff Schulwerk. Menurut Carl Orff (dalam Sheppard dan Philip, 2005) ada 4 hal dalam metode Orff Schulwerk yang dapat dilakukan yakni :
1. Imitation
Imitation atau meniru dapat dilakukan dengan cara bersamaan atau kanon (guru memberi contoh kemudian anak menirukannya). Imitation menjadi lagu yang berhenti secara utuh, gerak, ataupun penampilan menggunakan tinggi-rendah nada.
2. Exploration
Explorationatau penjelajahan musikal menantang imajinasi anak untuk mencari hal baru untuk menerapkan sebuah informasi, contoh : guru memainkan pola irama dengan cara cepat-lambat ataupun keras-lembut menggunakan alat musik yang berbeda atau pada dua nada yang berbeda.
3. Literacy
Literacy atau kemampuan membaca dan menulis simbol musik adalah perkembangan pengalaman musik awal pada anak dan proses berkembangnya penggunaan keterampilan menggambar serta garis paranada sederhana.
 4. Improvisation
Improvisation atau improvisasi adalah tahap akhir dari proses metode Orff Schulwerk. Improvisasi ini membiarkan anak untuk berkreasi musik dimana hal ini timbul dari proses mendengar.

D. Zoltan Kodaly

Pendidikan Seni Musik untuk Anak
Zoltan Kodaly adalah pengajar musik dan komponis yang menekankan manfaat instrumen fisik dan respon terhadap musik. Meski bukan metode pendidikan, namun ajarannya berada dalam kerangka kerja yang menyenangkan dan mendidik, yang dibangun kuat pada teori musik dasar dan notasi musik dalam berbagai bentuk verbal dan tertulis. Metode pengajaran ciptaan Zoltan Kodaly mencakup pemakaian bahasa tangan solfege, notasi pendek musik (notasi stik), dan solmisasi ritme (verbalisasi)
(http://rizqyjeni.wordpress.com/2013/07/15/metode-dalam-pendidikan-musik/).
Zoltan Kodaly (dalam Suhardjo, 1996) berpendapat bahwa, “bernyanyi merupakan pondasi dalam bermusik”. Zoltan Kodaly banyak menggunakan simbol-simbol nada dengan gerakan tubuh.
Metode pembelajaran musik menggunakan pendekatan Kodaly (dalam Djohan, 2003) dapat mendukung perkembangan anak, yaitu:
1. Mempelajari musik dapat memabantu anak dalam proses membaca dan menulis.
2. Belajar harus dimulai dari bunyi itu sendiri.
3. Mendengarkan musik harus dimulai sedini mungkin untuk mendukung perkembangan anak ke depan.
4. Kemampuan musical dan konsep musik hendaknya diajarkan melalui lagu rakyat karena lagu rakyat adalah lagu yang tidak diragukan lagi akan sumbangannya dalam dunia pendidikan.

E. John Curwen

Pendidikan Seni Musik untuk Anak
John Curwen merupakan seorang musisi yang belajar secara otodidak. Ia menemukan notasi huruf untuk digunakan anak belajar musik dengan cara membaca notasi huruf yang dibuatnya, yakni do, re, mi, fa, sol, la, si, dan do. Menurut John Curwen dalam (K. Simpson, 1976) menyatakan bahwa, “notasi huruf merupakan notasi yang paling mudah, yang didasarkan pada bunyi nadanya.”
 Notasi huruf ini kini telah digunakan di seluruh dunia karena bagi seorang anak, membaca notasi huruf akan lebih mudah dibandingkan harus membaca notasi balok ataupun angka yang terkadang mereka keliru untuk membaca dan menyebutnya
 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang memberikan kemampuan mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif untuk pengembangan kepribadian siswa dan memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. Seni musik membentuk disiplin, toleran, sosialisasi, sikap demokrasi yang meliputi kepekaan terhadap lingkungan. Dengan kata lain pendidikan seni musik merupakan mata pelajaran yang memegang peranan penting untuk membantu pengembangan individu siswa yang nantinya akan berdampak pada pertumbuhan akal, fikiran, sosialisasi, dan emosional.
Banyak tokoh-tokoh yang mengembangkan pendidikan seni musik untuk anak, seperti: Edwin Gordon, Dalcroze, Carl Orff, Zoltan Kodaly, dan John Curwen. Perbedaan metode dan pendekatan yang dikemukakan oleh berbagai tokoh tersebut merupakan modal bagi kita untuk melaksanakan pendidikan seni musik untuk anak, khususnya di jenjang Sekolah Dasar.

B. Saran
Penulis berharap makalah ini akan memberikan sumbangan bagi proses pembelajaran Pendidikan Seni Musik. Penulis menyadari banyak kekurangan pada makalah ini, maka kritik dan saran demi memperbaiki makalah ini senantiasa penulis harap dan nantikan.

DAFTAR PUSTAKA

Djohan (2003). Psikologi Musik. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik Yogyakarta.
Erick, A. (2012). Manfaat Belajar Musik Pada Anak. [Online]. Diakses dari: http://www.tanyadok.com/anak/manfaat-belajar-musik-pada-anak.
Estrella, E. (2014). The Dalcroze Method : A Primer. [Online]. Diakses dari: http://musiced.about.com/od/lessonplans/p/dalcroze.htm.
Hestiningtyas, & Lusia (2013). Pengaruh Metode Dalcroze terhadap Peningkatan Kemampuan Mendeteksi Nada dan Ritme Siswa Kelas V SD Kanisius Wates Yogyakarta. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Jamalus (1991). Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Depdikbud.
Jeni, R. (2013). Metode dalam Pendidikan Musik. [Online]. Diakses dari: http://rizqyjeni.wordpress.com/2013/07/15/metode-dalam-pendidikan-musik/.
Riyanto, T. (2004). Pendidikan Pada Usia Dini. Jakarta: Grasindo.
Safrina, R. (2002). Pendidikan Seni Musik.Bandung: CV Maulana.
Satiadarma, & Monti (2004). Cerdas dengan Musik. Jakarta: Puspa Swara.
Sheppard, & Philip (2007). Music Makes Your Child Smarter. Jakarta: Gramedia.
Simpson, K. (1976). Some Great-Music Educators. London: Novello
Sudarsono, R. M. (1992). Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka.
Suhardjo, P. (1996). Musik Seni Barat dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

0 comments:

Posting Komentar

popcash