Kalimantan merupakan pulau terbesar ke tiga di dunia dan di kuasai oleh tiga negara berbeda yakni: Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Negara Brunei Darussalam atau Negara Brunei adalah sebuah negara kecil yang terletak di pantai utara pulau Kalimantan. Negara ini memiliki wilayah seluas 5.765 km² yang menempati pulau Kalimantan dengan garis pantai seluruhnya berbatasan dengan Laut Cina Selatan.
Sebagai negara kecil Brunei memiliki kekayaan alam yang melimpah untuk menghidupi 422. 675 jiwa penduduknya. Negara dengan Mayoritas penduduk beragama Islam ini menempati urutan ke 1755 sebagai negara terpadat di dunia, jauh di bawah Indonesia. Potensi tambangnya diantaranya Minyak Bumi dan Gas Alam, serta memanfaatkan berebagai produk hasil hutan. Terletak di dekat garis kathulistiwa menjadikan Brunei memiliki iklim tropis dengan musim panas, lembab hingga hujan.
Aspek Fisik
Brunei memiliki karakteristik geomorfologi berupa dataran pantai di sepanjang bagian timur dan dataran rendah berbukit di bagian barat. Titik tertinggi di Brunei terletak pada Bukit Pangon 1.850 meter diatas permukaan air laut. Kondisi yang optimal tersebut justru tidak dimanfaatkan sebagai areal pertanian, yakni hanya 0,87% (Berdasarkan data cia.gov) dari luas wilayahnya saja yang digunakan sebagai areal pertanian. Potensi bencana yang ada di Brunei Darussalam diantaranya adalah Angin Topan, Gempa Bumi dan Banjir.
Kondisi Geologis dari Brunei itu sendiri berada pada pulau dengan usia diatas Kapur, dan merupakan daerah yang mengalami lipatan kuat maka tak heran jika memiliki potensi sumber daya minyak yang melimpah. Meskipun memiliki potensi sumber daya minyak yang melimpah, hal tersebut justru memicu alias mengundang penjajah seperti halnya yang terjadi pada Indonesia. Pada peta di bawah ini dapar diihar bahwa Brunei selain memiliki potensi sumber daya minyak juga memiliki akses yang strategis terhadap laut sehingga memudahkan akses keluar masuk kaitannya dengan perdagangan di Brunei Darussalam.
Brunei memiliki iklim tropis dengan suhu rata rata tahunan 26,11o Celcius atau setara dengan 79o Fahrenheit. Brunei memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar 287 cm/tahun atau setara dengan 113 inchi/tahun, yang mendukung Brunei memiliki tipe hutan hujan tropis yang lebat dan luas. Keberadaan Hutan Hujan Tropis yang melimpah ini menopang sektor industri pengolahan hasil hutan atau dalam bahasa asing disebut dengan Timber, dan menjadi komoditi utama di Brunei. Ragam Iklim di Brunei diwarnai dengan corak musim negara Tropis yakni musim panas, musim pancaroba hingga musim hujan.
Aspek Sosial
Kira-kira dua pertiga jumlah penduduk Brunei adalah orang Melayu (65,7%), populasi terbanyak kedua yaitu Tionghoa (10,3%), Penduduk Asli Brunei Darussalam bahkan tidak mencapai angka 5% dan Etnis lain lebih dari 20% dari total penduduk. Kelompok etnis minoritas yang paling penting dan yang menguasai ekonomi negara ialah orang Tionghoa (Han). Etnis-etnis ini juga menggambarkan bahasa-bahasa yang paling penting: bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi, serta bahasa Tionghoa. Bahasa Inggris juga dituturkan secara meluas dan hampir 90% fasih dengan Bahasa Inggris.
Struktur penduduk di Brunei tergolong Muda, karena jumlah penduduk usia produktif lebih rendah dari pada penduduk usia non produktif. Piramida Penduduk Usia muda menunjukkan bahwa negara tersebut merupakan negara berkembang dengan keadaan penduduk yang sedang tumbuh atau terus meningkat. Kondisi tersebut menunjukkan jumlah kelahiran lebih besar daripada kematian, seperti halnya dengan Indonesia. Berikut adalah piramida penduduk Brunei pada tahun 2014 (berdasarkan data http://cia.gov/)
Brunei memiliki angka pertumbuhan sebsear 1,65% dari total penduduk disana, hal tersebut menjadikan Brunei berada pada posisi 74 terbanyak di dunia. Rasio angka kelahiran di Brunei adalah sebesar 17,4 kelahiran per 1000 orang dari total penduduk disana. Berbanding dengan Rasio Angka Kematian sebesar 3,47 kematian per 1000 orang dari total penduduk di Brunei.
Islam ialah agama resmi Brunei sekitar 78,8% penduduk Brunei merupakan pemeluk agama Islam, dan Sultan Brunei sebagai kepala agama negara itu. Agama-agama lain yang dianut termasuk agama Buddha dianut oleh 7,8 % jiwa dari keseluruhan penduduk Brunei (terutamanya oleh orang Tiong Hoa), agama Kristen dianut oleh 8,7% jiwa dari keseluruhan penduduk Brunei, serta agama-agama orang asli (dalam komunitas-komunitas yang amat kecil).
Budaya yang berkembang di Brunei Darussalam hampir mirip dengan budaya yang ada di rumpun Melayu, dengan pengaruh kuat dari Hindu dan Islam, tetapi terlihat lebih konservatif dibandingkan Malaysia. Penjualan dan penggunaan alkohol diharamkan, dengan orang luar dan non-Muslim diizinkan untuk membawa maksimal 12 botol bir dan dua botol miras setiap kali mereka masuk negara ini. Setelah pemberlakuan larangan pada awal 1990-an, semua pub dan kelab malam dipaksa tutup. Petinggi agama yang ada di Brunei Darussalam juga menfatwakan pengharaman rokok pada tahun 2011.
Aspek Ekonomi
Perekonomian di Brunei tergolong kecil namun menggeliat, geliat terlihat dari kekayaan negara yang didukung oleh adanya kolaborasi antara kewirausahaan dalam negeri dan asing, pengawalan kerajaan, serta tradisi masyarakat tradisional setempat. Eksploitasi minyak mentah dan gas alam menyokong 60% dari PDB (Product Domestic Bruto) dan lebih dari 90% dari ekspor. PDB per kapita Brunei termasuk yang tertinggi di Asia, dan penghasilan besar dari pendapatan investasi luar negeri menambah produksi dalam negeri. Bagi warga Brunei pemerintah menyediakan semua pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis sampai tingkat universitas. Pemerintah Brunei menekankan investasi kebijakan dan sumber daya untuk meningkatkan perekonomian.
Ekonomi Brunei Darussalam bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas dengan pendapatan nasional yang termasuk tinggi di dunia satuan mata uangnya adalah Brunei Dolar yang memiliki nilai sama dengan Dolar Singapura. Selain bertumpu pada sektor minyak bumi dan gas, pemerintah Brunei mencoba melakukan diversifikasi sumber-sumber ekonomi melalui upaya peningkatan di bidang perdagangan dan Industri.
Aspek Politik
Negara Brunei yang merdeka pada 1 Januari 1984 dari Inggris ini secara administratif di bagi menjadi Empat wilayah atau distrik, yakni Belait, Tutong, Brunei dan Muara, serta Temburong.
Kerajaan Brunei Darussalam adalah negara yang memiliki corak pemerintahan monarki absolut dengan Sultan yang menjabat sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, merangkap seagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dengan dibantu oleh Dewan Penasihat Kesultanan dan beberapa Menteri. Sultan Hassanal Bolkiah yang gelarnya diturunkan dalam wangsa yang sama sejak abad ke-15, ialah kepala negara serta pemerintahan Brunei. Baginda dinasihati oleh beberapa majelis dan sebuah kabinet menteri, walaupun baginda secara berkesan merupakan pemerintah tertinggi.
Brunei tidak memiliki dewan legislatif, namun pada bulan September 2000, Sultan bersidang untuk menentukan Parlemen yang tidak pernah diadakan lagi sejak tahun 1984. Parlemen ini tidak mempunyai kuasa selain menasihati sultan. Disebabkan oleh pemerintahan mutlak Sultan, Brunei menjadi salah satu negara yang paling stabil dari segi politik di Asia.
Pertahanan Keamanan Brunei mengandalkan perjanjian pertahanan dengan Inggris di mana terdapat pasukan Gurkha yang terutama ditempatkan di Seria. Jumlah pertahanan keamanannya lebih kecil bila dibandingkan dengan kekayaannya dan negara negara tetangga. Secara teori, Brunei berada di bawah pemerintahan militer sejak pemberontakan yang terjadi pada awal dekade 1960-an. Pemberontakan itu dihancurkan oleh laskar-laskar Britania Raya dari Singapura.
Brunei memiliki hubungan luar negeri terutama dengan negara negara ASEAN dan negara negara lain serta ikut serta sebagai anggota PBB. Kesultanan ini juga terlibat konflik Kepulauan Spratly yang melibatkan hampir semua negara ASEAN (kecuali Indonesia, Kamboja, Laos dan Myanmar), RRT dan Republik Tiongkok. Selain itu terlibat konflik perbatasan laut dengan Malaysia terutama masalah daerah yang penghasil minyak dan gas bumi. Brunei menuntut wilayah di Sarawak, seperti Limbang. Banyak pulau kecil yang terletak di antara Brunei dan Labuan, termasuk Pulau Kuraman, telah dipertikaikan oleh Brunei dan Malaysia. Bagaimanapun, pulau-pulau ini diakui sebagai sebagian Malaysia di tingkat internasional.
Raja-raja Brunai Darusalam yang pernah memerintah sejak didirikannya kerajaan pada tahun 1363 M yakni:
i. Sultan Muhammad Shah (1383 - 1402)
ii. Sultan Ahmad (1408 - 1425)
iii. sultan Syarif Ali (1425 - 1432)
iv. Sultan Sulaiman (1432 - 1485)
v. Sultan Bolkiah (1485 - 1524)
vi. Sultan Abdul Kahar (1524 - 1530)
vii. Sultan Saiful Rizal (1533 - 1581)
viii. Sultan Shah Brunei (1581 - 1582)
ix. Sultan Muhammad Hasan (1582 - 1598)
x. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598 - 1659)
xi. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1659 - 1660)
xii. Sultan Haji Muhammad Ali (1660 - 1661)
xiii. Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661 - 1673)
xiv. Sultan Muhyiddin (1673 - 1690)
xv. Sultan Nasruddin (1690 - 1710)
xvi. Sultan Husin Kamaluddin (1710 - 1730) (1737 - 1740)
xvii. Sultan Muhammad Alauddin (1730 - 1737)
xviii. Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795)
xix. Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) (1804-1807)
xx. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
xxi. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
xxii. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
xxiii. Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852)
xxiv. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
xxv. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
xxvi. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
xxvii. Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950)
xxviii. Sultan Omar 'Ali Saifuddien III (1950-1967)
xxix. Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah (1967-kini)
Negara Brunei Darussalam dijuluki sebagai negara Petro Dollar karena potensi minyaknya yang luarbiasa banyak dan melimpah. Namun hal ini tak jarang memicu konflik, salah satunya dengan negara tetangga yakni Malaysia atas kasus saling klaim terhadap suatu pulau.
0 comments:
Posting Komentar