Jumat, 30 Juni 2017

Bulan sebagai Satelit Bumi



Bulan sebagai Satelit Bumi
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

Bulan atau Moon dalam bahasa Inggris, Luna dalam bahasa Romawi, dan Artemis dalam bahasa Yunani adalah satu-satunya satelit alami yang dimiliki Bumi. Berdasarkan posisinya, Bulan adalah benda angkasa yang paling dekat dengan Bumi. Bulan juga menjadi benda yang kedua paling terang setelah Matahari dan satu-satunya permukaan benda langit yang dapat diamati dengan mudah.

Bulan sebagai Satelit Bumi
Bulan

Bulan merupakan bola batu raksasa yang mengitari Bumi. Permukaan Bulan gersang, dipenuhi kawah yang berasal dari ledakan meteroit miliaran tahun yang lalu. Bulan diprediksi terbentuk saat planet lain bertubrukan dengan Bumi muda. Pecahan batuan dari peristiwa tersebut muncul bersama dan membentuk bulan.
Jarak rata-rata Bumi-Bulan dari pusat ke pusat adalah 384.403 km, yakni sekitar 30 kali diameter Bumi. Diameter Bulan adalah 4.474 km, sedikit lebih kecil dari seperempat diameter Bumi. Artinya, volume Bulan sekitar 2% volume Bumi dan tarikan gravitasi di permukaan Bulan sekitar 17% daripada tarikan gravitasi Bumi. Bulan beredar mengelilingi Bumi sekali setiap 27,3 hari (periode orbit) dan variasi periodik dalam sistem Bumi-Bulan-Matahari bertanggungjawab atas terjadinya fase-fase Bulan yang berulang setiap 29,5 hari (periode sinodik). Massa jenis Bulan (3,4 g/cm3) yakni lebih ringan dibanding Massa jenis Bumi (5,5 g/cm3).
Bulan memiliki dua gerakan yang penting yaitu rotasi Bulan dan revolusi Bulan. Rotasi Bulan adalah perputaran Bulan pada porosnya dari arah barat ke timur. Pada satu kali rotasi Bulan memerlukan waktu sama dengan satu kali revolusi Bulan mengelilingi Bumi. Saat ini Bulan berotasi setiap 27,3 hari sekali. Revolusi Bulan adalah peredaran Bulan mengelilingi Bumi dari arah barat ke timur. Satu kali penuh revolusi Bulan memerlukan waktu rata-rata 27,3 hari.
Bulan bersama dengan Bumi juga mengelilingi Matahari. Waktu yang dibutuhkan oleh Bumi untuk beredar mengelilingi Matahari adalah 365, 25 hari sama dengan waktu yang dibutuhkan oleh Bulan untuk beredar mengelilingi Matahari bersama Bumi yakni 365, 25 hari. Hal ini yang dijadikan dasar penentuan tahun Masehi yang sering kita gunakan. Setiap empat tahun sekali kelebihan hari dibulatkan menjadi 366 hari atau disebut juga sebagai tahun kabisat. Pada sistem Bumi-Bulan-Matahari, revolusi Bumi mengelilingi Matahari, Bulan mengelilingi Bumi, dan rotasi ketiga benda tersebut berputar pada sumbu-sumbunya yang memiliki arah yang sama.
Menurut Dirdjosoemarto, dkk. (1991, hlm. 405) permukaan Bulan terdiri atas:
1. Terra, yaitu daerah yang terlihat terang, ditaburi kabut.
2. Marta, yaitu daerah gurun batuan gelap yang diselubungi lava basah dan terdapat sedikit kawah.
3. Lembah, terdapat banyak lembah sempit, ada yang memanjang hingga 100 km.
4. Gunung, ada yang mencapai ketinggian 8.000 m.
5. Kawah, diduga jumlahnya mencapai 40.000 dengan diameternya berkisar antara 2-200 km. Kawah ini kemungkinan berasal dari kegiatan vulkanis dan tumbukan meteorit.
Bentuk Bulan secara berubah-ubah dilihat dari Bumi karena bagian Bulan yang mendapat cahaya Matahari berubah secara teratur. Hal ini disebut dengan fase Bulan. Pada suatu malam Bulan nampak seperti sabit kecil, pada esok harinya sabit itu nampak lebih tebal dan terus bertambah tebal, sehingga setelah enam hari bentuknya menjadi setengah lingkaran. Pada malam berikutnya Bulan nampak lebih besar dan pada akhirnya menjadi Bulan penuh/Bulan purnama. Tetapi setelah nampak sebagai Bulan penuh, akan nampak mengecil lagi sampai berbentuk sabit.
Perubahan bentuk semu Bulan berlangsung dalam satu Bulan sinodik atau 29,5 hari. Fase-fase Bulan, sebagai berikut:
1. Fase Bulan baru (Bulan tidak nampak).
2. Kuartir pertama 7 3/8 hari (Bulan sabit).
3. Kuartir purnama 14 3/4 hari (Bulan penuh).
4. Kuartir ketiga 22 1/8 hari (Bulan sabit).
5. Kuartir ke empat 28 1/2 hari (menjadi Bulan baru).

Bulan sebagai Satelit Bumi
Fase Bulan

Kedudukan Bulan terhadap Matahari dilihat dari Bumi disebut aspek Bulan. Beberapa aspek Bulan yang mudah melihat di antaranya:
1. Aspek konjungsi
Konjungsi Bulan yaitu kedudukan Bulan searah dengan Matahari. Pada saat tersebut bagian Bulan yang menghadap ke Bumi ialah bagian yang sedang gelap, sehingga nampak Bulan tidak nampak dari Bumi. Peristiwa ini berlangsung siang hari di bumi, saat aspek konjungsi terjadi gerhana Matahari, karena cahaya Matahari yang menuju Bumi terhalang oleh Bulan.
2. Aspek oposisi
Oposisi Bulan adalah kedudukan Bulan berlawanan arah dengan kedudukan Matahari dilihat dari Bumi. Saat tersebut Bulan terlihat sebagai Bulan purnama. Peristiwa ini terjadi saat Bulan tertib bersamaan dengan saat Matahari terbenam. Pada aspek oposisi akan terjadi gerhana Bulan, karena cahaya Matahari yang menuju Bulan terhalang Bumi.
3. Aspek kuarter
Aspek kuarter yaitu pada saat Bulan menempati kedudukan tegak lurus terhadap garis penghubung Bumi-Matahari, pada fase ini Bulan menunjukkan fase perbani yaitu Bulan yang terang hanya setengahnya. Di dalam sebulan terjadi dua kali kuartir Bulan yaitu kuartir pertama (perbani awal) ketika Bulan nampak besar. Sedangkan kuartir kedua (perbani akhir) ketika Bulan tambah kecil dan terjadi 6 hari setelah purnama. Perbedaan kuartir pertama dan akhir adalah tempat yang terang, kuartir pertama bagian yang terang adalah barat sedangkan kuartir akhir adalah bagian Bulan sebelah timur.
Revolusi Bulan terhadap Bumi menjadi dasar penentuan kalender Hijriah. Sekali berevolusi terhadap Bumi, Bulan membutuhkan waktu selama 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Kala revolusi Bulan terhadap Bumi ini dimanfaatkan oleh umat Islam untuk menentukan tahun Hijriah. Jumlah hari pada setiap bulan di kalender Hijriah berselang-seling 29 dan 30 hari. Dengan demikian, satu bulan dibulatkan menjadi 29,5 hari. Akibat pembulatan ini, maka pada tahun Hijriah pun ada tahun kabisat yang jumlah harinya 355 hari. Di dalam 30 tahun, terdapat 11 tahun kabisat. Satu tahun Hijriah lamanya 354 hari. Sedangkan satu tahun Masehi lamanya 365 hari. Oleh karena itu, tahun Hijriah lebih cepat 11 hari daripada tahun Masehi.
Lintasan Bulan saat revolusi mengelilingi Bumi merupakan faktor terjadinya gerhana. Lintasan Bulan mengelilingi Bumi membentuk bidang yang tidak sebidang dengan ekliptika (bidang lintasan bumi mengelilingi Matahari). Ada kalanya Bulan, Bumi, dan Matahari terletak pada satu garis lurus, pada saat itulah terjadi gerhana.
Gerhana Bulan terjadi pada saat Bulan berada dalam bayangan Bumi, yaitu pada kedudukan Matahari-Bumi-Bulan terletak pada garis lurus. Gerhana Bulan terjadi apabila Bulan masuk ke dalam bayangan Bumi inti (umbra) sehingga Bulan tidak menerima cahaya Matahari. Dari Bumi kenampakan Bulan mula-mula seluruhnya terang, kemudian pelan-pelan agak gelap, dan akhirnya gelap semua. Pelan-pelan nampak kembali sampai kelihatan seluruhnya.

Bulan sebagai Satelit Bumi
Gerhana Bulan

Gerhana Matahari terjadi apabila posisi Bulan berada di antara Bumi dan Matahari sehingga sebagian Bumi tidak mendapatkan cahaya Matahari (Matahari-Bulan-Bumi). Bumi yang terkena umbra mengalami gerhana Matahari total, sedangkan yang terkena penumbra mengalami gerhana Matahari sebagian.

Bulan sebagai Satelit Bumi
Gerhana Matahari

Gerhana Matahari dibagi menjadi tiga jenis, yakni:
1. Gerhana Matahari total, terjadi pada saat jarak Bulan-Matahari yang paling jauh (563.319 km), sehingga bayangan inti Bulan dapat jatuh di Bumi.
2. Gerhana Matahari parsial, terjadi pada saat Bulan berada pada daerah bayangan penumbra, sehingga ada bagian Matahari yang terlihat normal.
3. Gerhana Matahari cincin, terjadi jika jarak Bulan mencapai jarak terjauh dari Bumi (405.530 km).
Rotasi Bulan dan revolusi Bulan mengakibatkan terjadinya pasang naik dan pasang surut air laut. Ketika pasang naik, permukaan air laut akan naik. Sebaliknya apabila pasang surut, permukaan air laut akan turun. Pada saat Bulan berevolusi terhadap Bumi, air laut di bagian Bumi yang menghadap Bulan akan tertarik gravitasi Bulan sehingga terjadi pasang naik. Sebaliknya, air laut di bagian Bumi yang tidak menghadap Bulan akan pasang surut.
Pasang surut umumnya terjadi dua kali dalam sehari. Pasang surut umumnya terjadi di pantai lepas (samudra), sehingga semalam itu terjadi dua kali pasang surut. Pasang dimulai kira-kira pukul 12.00 siang dan pukul 24.00 malam, sedangkan surut mulai pukul 06.00 pagi dan pukul 18.00 sore. Selain pasang surut yang terjadi dua kali sehari, dapat terjadi pula pasang surut yang istimewa tinggi dan rendahnya, yakni pada kedudukan Bulan baru dan Bulan purnama. Peristiwa pasang surut air laut ini dimanfaatkan manusia untuk hal-hal, sebagai berikut:

1. Pembuatan garam

Bulan sebagai Satelit Bumi

2. Persawahan pasang surut
Bulan sebagai Satelit Bumi

3. Berlayar atau berlabuhnya kapal di dermaga yang dangkal

Bulan sebagai Satelit Bumi

4. Pembangkit listrik tenaga pasang surut (PLTPs)

Bulan sebagai Satelit Bumi

5. Penggerak generator listrik

Bulan sebagai Satelit Bumi


Referensi
Dirdjosoemarto, S., dkk. (1991). Pendidikan IPA 2, Buku II. Jakarta: Depdikbud, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

0 comments:

Posting Komentar

popcash