Rabu, 28 Juni 2017

Kebugaran Jasmani



Kebugaran Jasmani
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

Semua bentuk aktivitas manusia selalu memerlukan dukungan fisik. Untuk itu, kemampuan fisik merupakan faktor dasar bagi setiap aktivitas manusia. Maka, manusia perlu memiliki kemampuan fisik yang mendukung keberlangsungan aktivitasnya sehari-hari.
Kebugaran jasmani erat kaitannya dengan keadaan kesehatan seseorang. Definisi sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (dalam Komariyah, 2006, hlm. 36) adalah “health is a state of physical, mental, and social well being and not merely the absence of disease or infirmity. Berdasar pendapat tersebut, intinya bahwa indikator seseorang dikatakan sehat adalah memiliki kebugaran jasmani yang baik. Berkaitan dengan definisi kebugaran jasmani, Kusmaedi (2008, hlm. 93) mengungkapkan “kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh masih memiliki simpanan tenaga untuk mengatasi beban tambahan”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Giriwijoyo dan Komariyah (2002, hlm. 23) menungkapkan
“kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu atau terhadap keadaan lingkungan yang harus diatasi dengan cara yang efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya”.
Menurut Suroto (2004, hlm. 2) “kebugaran jasmani merupakan kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk melakukan aktivitas atau kegiatan dengan daya kerja tinggi tanpa mengalami kekalahan yang berarti atau berlebihan”.
Dari beberapa pendapat tersebut disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan tenaga untuk keperluan mendadak. Pembinaan kebugaran jasmani sangat berpengaruh bagi siswa guna menunjang proses pembelajaran di sekolah, serta aktivitas fisik lain di luar sekolah.
Adapun fungsi dari kebugaran jasmani dapat digolongkan, sebagai berikut:
1. Golongan yang dihubungkan dengan pekerjaan
a. Kebugaran jasmani bagi olahragawan dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi.
b. Kebugaran jasmani bagi karyawan dibutuhkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
c. Kebugaran jasamani bagi pelajar/mahasiswa dibutuhkan untuk meningkatkan prestasi dan mempertinggi kemampuan hasil belajar.
2. Golongan yang dihubungkan dengan keadaannya
a. Kebugaran jasmani bagi penderita dibutuhkan untuk rehabilitasi.
b. Kebugaran jasmani bagi ibu hamil dibutuhkan untuk perkembangan bayi dalam kandungan dan mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan.
3. Golongan yang dihubungkan dengan usia
a. Kebugaran jasmani bagi anak dibutuhkan untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
b. Kebugaran jasmani bagi orang tua dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi fisik terhadap serangan penyakit.
Kebugaran jasmani terdiri atas sepuluh komponen sesuai dengan pernyataan Giriwijoyo (2007, hlm. 105), yakni “1. Daya tahan terhadap penyakit, 2. Kekuatan dan daya tahan otot, 3. Daya tahan jantung, peredaran darah, dan pernafasan, 4. Daya otot, 5. Kelentukan, 6. Kecepatan, 7. Kelincahan, 8. Koordinasi, 9. Keseimbangan, dan 10. Ketepatan”. Berikut penjabarannya lebih lanjut secara terperinci:

1. Daya tahan terhadap penyakit

Kebugaran Jasmani

Daya tahan tubuh terhadap penyakit antara satu orang dengan orang yang lain berbeda. Faktor yang mempengaruhi daya tahan terhadap penyakit adalah faktor lingkungan, makanan, dan keturunan. Apabila daya tahan tubuh tidak stabil maka kita sangat rentan terkena ancaman penyakit. Faktor lingkungan yang penting adalah melakukan olahraga secara teratur, istirahat yang cukup, dan rekreasi. Selain itu perlu diperhatikan tentang gizi dan protein yang dibutuhkan. Sedangkan faktor keturunan adalah faktor gen yang berpengaruh pada keturunan.

2. Kekuatan dan daya tahan otot

Kebugaran Jasmani

“Daya tahan otot adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan otot untuk berkontraksi secara terus menerus dan waktu yang lama dengan beban tertentu” (M. Sajoto, 1990, hlm. 16). Jadi, melalui latihan fisik yang teratur dan terus menerus akan dapat meningkatkan daya tahan dan kekuatan otot, sehingga dapat melakukan kegiatan fisik yang lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
“Kekuatan adalah komponen kebugaran jasmani seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja” (Iman Imanudin, 2008, hlm. 97). Jadi, meskipun pada saat menghadapi pekerjaan yang berat dengan kekuatan otot yang baik akan menghasilkan kebugaran jasmani yang baik pula.
Faktor fisiologis yang mempengaruhi kekuatan dan daya tahan otot, yaitu: 1) aktivitas fisik, 2) suhu otot, 3) jenis kelamin, dan 4) umur.

3. Daya tahan jantung, peredaran darah, dan pernapasan

Kebugaran Jasmani
“Daya tahan jantung, peredaran darah, dan pernapasan adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darah secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama” (Sajoto, 1988, hlm. 16).
Peredaran darah dan pernapasan merupakan alat utama dan pengukuran dari segala unsur yang diperlukan tubuh terutama oksigen (O2) yang berfungsi untuk pembakaran pada proses pengolahan zat-zat makanan dalam tubuh sehingga dapat menghasilkan energi yang dihasilkan. Jadi, apabila seseorang itu mampu menggerakkan sekelompok otot tertentu secara terus menerus dalam waktu yang lama akan menyebabkan kerja jantung, peredaran darah, dan pernapasan lebih cepat.

4. Daya otot

Kebugaran Jasmani

Menurut M. Sajoto (1990, hlm. 17) “daya otot atau daya ledak otot adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi kekuatan maksimal yang dikerahkan daam waktu yang sependek-pendeknya”. Pada kehidupan sehari-hari, daya otot ini diperlukan untuk memindahkan sebagian atau seluruh beban dari satu tempat ke tempat lain yang dilakukan pada suatu saat dan secara tiba-tiba. Orang yang sering melakukan aktivitas jasmani membuat daya ototnya menjadi baik.

5. Kelentukan

Kebugaran Jasmani

“Kelentukan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan gerak dalam ruang sendi yang seluas-luasnya (Iman Imanudin, 2008, hlm. 107). Kelentukan menyatakan kemampuan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh satu persendian, jadi meliputi hubungan antara tubuh persendian. Umumnya tiap persendian mempunyai gerak tertentu sebagian akibat struktur anatominya. Kelentukan ini dapat ditingkatkan melalui latihan-latihan peregangan seperti gerakan meregangkan otot-otot secara maksimal dan perlahan yang dilakukan dengan gerakan yang benar.

6. Kecepatan

Kebugaran Jasmani

“Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya” (Iman Imanudin, 2008, hlm. 119). Sedangkan menurut Budiwanto (2004, hlm. 37) “kecepatan adalah jarak tempuh persatuan waktu yang diukur dalam menit atau skala kuantitas. Jadi dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kecepatan dapat dilatih dan dilakukan melalui peningkatan frekuensi langkah dan perbaikan kualitas gerak.
Kapasitas gerak dari kecepatan pada anggota tubuh agar lebih maksimal dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor tersebut, antara lain: “1) Kelentukan, 2) tipe tubuh, 3) usia, dan 4) jenis kelamin” (Dangsina Moeloek, 1984, hlm. 7-8).

7. Kelincahan

Kebugaran Jasmani

Seseorang dikatakan memiliki kelincahan cukup baik apabila mampu merubah satu posisi ke posisi yang berbeda dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerakan yang baik. Iman Imanudin (2008, hlm. 111) menyatakan bahwa “kelincahan adalah kemampuan tubuh untuk merubah arah dengan cepat pada waktunya, bergerak tanpa kehilangan keseimbangan pada posisi tubuhnya”. Jadi, kelincahan merupakan pergerakan tubuh secara cepat atau kemampuan membuat gerak yang berbeda-beda dengan kecepatan yang setinggi-tingginya dengan berubah-ubah arah.

8. Koordinasi

Kebugaran Jasmani


“Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif” (Iman Imanudin, 2008, hlm. 120). Jadi, apabila seseorang mempunyai koordinasi yang baik, maka ia akan dapat melaksanakan tugas dengan mudah dan efektif.
“Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan” (Dangsina Moeloek, 1984, hlm. 4). Jadi, apabila seseorang mempunyai koordinasi yang baik, maka ia akan dapat melaksanakan tugas dengan mudah secara efektif.

9. Keseimbangan
Kebugaran Jasmani

“Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh pada saat melakukan gerakan, tergantung dari kemampuan integrasi antara kerja indera penglihatan, telinga, dan reseptor pada otot” (Dangsina Moeloek, 1984, hlm. 10). Keseimbangan ini melibatkan bagian dalam telinga, penglihatan mata, otak menafsirkan secara kompleks, menghasilkan berbagai respon gerakan pada situasi fisik tertentu. Jadi, keseimbangan ini diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi dalam kehidupan sehari-hari.

10. Ketepatan

Kebugaran Jasmani

“Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran” (Sajoto, 1988, hlm. 18). Sasaran ini dapat merupakan suatu gerak atau mungkin suatu aspek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.
Komponen-komponen kebugaran jasmani ini saling berkaitan satu sama lain. Dengan kata lain, kebugaran jasmani akan bertambah baik apabila seseorang melakukan latihan pada salah satu komponen kebugaran jasmani.
Mengingat pentingnya kebugaran jasmani bagi seseorang yang berfungsi mengembangkan kemampuan, kesanggupan, dan daya tahan diri sehingga mempertinggi daya aktivitas kerja, maka tidak akan lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani. Faktor-faktor tersebut, di antaranya:

1. Faktor latihan

Kebugaran Jasmani

“Latihan adalah pengulangan dari gerakan tertentu, secara sistematis, dan teratur berirama dengan tujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan seseorang dalam mencapai prestasi maksimal” (Dangsina Moeloek, 1984, hlm. 13).
“Pada waktu menentukan program latihan untuk daya tahan kebugaran tubuh harus memperhatikan empat faktor latihan, yaitu: intensitas, frekuensi, lama, dan macam latihan” (Sadoso Sumosardjuno, 1986, hlm. 148). Jadi, latihan diperlukan untuk menjaga kebugaran jasmani.

2. Faktor istirahat

Kebugaran Jasmani

Tubuh akan merasa lelah setelah melakukan aktivitas, hal ini disebabkan oleh pemakaian tenaga untuk aktivitas tersebut. Untuk mengembalikan tenaga yang telah terpakai maka diperlukan istirahat. Menurut Ichsan (1989, hlm. 117) “istirahat adalah suatu tindakan yang menunjukkan organ tubuh berfungsi secara normal tetapi ia tidak dipaksakan mendapatkan beban terus menerus. Sehingga secara fisiologis dan psikis tubuh tetap memiliki kebugaran untuk kembali bekerja”. Jadi, agar stamina tetap terjaga, berolahraga secara teratur dan istirahat secara teratur penting untuk dilakukan.

3. Faktor lingkungan

Kebugaran Jasmani

Menurut Santoso dan Ranti (1999, hlm. 18) “faktor lingkungan mempunyai pengaruh paling dominan terhadap tingkat kebugaran jasmani”. Jadi, faktor lingkungan memegang peranan penting dalam kehidupan individu, yang berarti bahwa tingkat kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh keadaan di mana ia tinggal. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa lingkungan yang sehat akan turut menunjang produktivitas atau kinerja seseorang dalam melakukan tugasnya.

4. Faktor kebiasaan hidup sehat

Kebugaran Jasmani

Seseorang apabila menginginkan kebugaran jasmani tetap terjaga, maka ia harus menerapkan cara hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan hidup sehat merupakan tingkat aktivitas sehari-hari antara olahraga, istirahat, maupun kebiasaan diri pribadi untuk menjaga kebersihan di lingkungan. Menurut Giriwijoyo (1992, hlm. 11) “kebiasaan hidup sehat adalah permasalahan faktor manusia secara langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kualitas sehat manusia tersebut”. Jadi, untuk menjaga dan meningkatkan kualitas sehat, seseorang harus mengusahakan dengan jalan melaksanakan segala kegiatan kebiasaan hidup sehat tersebut dengan secara teratur.

5. Faktor makanan dan gizi

Kebugaran Jasmani

Sejak dalam kandungan, manusia sudah memerlukan makanan dan gizi yang cukup digunakan untuk pertumbuhan. Menurut Dangsina Moeloek, 1984, hlm. 14) “dalam pembinaan kebugaran jasmani tubuh haruslah cukup makanan yang bergizi dan mengandung unsur-unsur: protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air”. Jadi, dengan makanan yang tepat akan kandungan gizi dan protein dapat mendukung ketahanan tubuh yang tentunya akan berpengaruh pada kebugaran jasmani seseorang.

Referensi
Budiwanto, S. (2004). Pengetahuan Dasar Melatih Olahraga. Malang: Universitas Negeri Malang.
Giriwijoyo, S. (1992). Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Giriwijoyo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Giriwijoyo, S., & Komariyah, L. (2002). Olahraga Kesehatan dan Kesegaran Jasmani pada Usia Lanjut. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Ichsan, M. (1988). Pendidikan Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: PLPTK Dirjen Dikti-Depdikbud.
Imanudin, I. (2008). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Komariyah, L. (2006). Ilmu Kesehatan Olahraga (Sport Medicine). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kusmaedi, N. (2008). Olahraga Lansia. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Moeloek, D. (1984). Kesehatan dan Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sajoto (1988). Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengadaan Buku pada Lembaga Pengembangan Tenaga Pendidikan.
Sajoto, M. (1990). Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: Dahara Press.
Santoso, S., & Ratni, A. C. (1999). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumosardjuno, S. (1986). Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta: Gramedia.
Suroto (2004). Peningkatan Kebugaran melalui Permainan Bola Besar dan Bola Kecil. Semarang: Universitas Diponegoro.

0 comments:

Posting Komentar

popcash