Kamis, 22 Juni 2017

Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)



Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha


Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode berpikir untuk memecahkan masalah. Untuk itu, pemecahan masalah atau problem solving adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Menurut Pranata (2005, hlm. 3) pemecahan masalah adalah “suatu proses belajar mengajar yang berupa penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dengan yang diinginkan”. Sejalan dengan itu, Prawiro (1986, hlm. 36) menyatakan bahwa metode pemecahan masalah adalah “metode mengajar dengan jalan menghadapkan siswa pada suatu masalah yang harus dipecahkan oleh siswa sendiri dengan mengerahkan segala kemampuan yang ada pada diri siswa tersebut”.
Djamarah dan Zain (2010, hlm. 91-92) menyatakan bahwa “metode problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lain dimulai dengan mencari data sampai menarik kesimpulan”. Metode pemecahan masalah juga dapat diartikan sebagai “rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah” (Sanjaya, 2006, hlm. 214-215). Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari pembelajaran berbasis masalah (PBM). Menurut Arends (2008, hlm. 45) “pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri”. Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak memiliki satu jawaban yang benar artinya siswa dituntut untuk belajar secara kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya. Sudjana (1987, hlm. 90-91) menegaskan bahwa metode pemecahan masalah (problem solving) merupakan “metode berpikir replektif yang didasarkan atas langkah berpikir ilmiah”. Dikatakan berpikir ilmiah sebab menempuh alur-alur pikir yang jelas, logis, dan sistematis.
Berdasar beberapa pendapat di atas, ditarik kesimpulan bahwa metode pemecahan masalah (problem solving) adalah suatu penyajian materi pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran ini siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan.
Sanjaya (2006, hlm. 214-215) berpendapat bahwa terdapat 3 ciri utama dari metode pemecahan masalah, yaitu:
1. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi pemecahan masalah ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa mulai dari aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan menyimpulkan.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Problem solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, artinya tanpa masalah yang ada maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahap-tahap tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Polya (2002, hlm. 27) memberi empat langkah pokok cara pemecahan masalah, yaitu:
1. Memahami masalahnya
Masing-masing siswa mengerjakan latihan yang berbeda dengan teman sebelahnya.
2. Menyusun rencana penyelesaian
Pada tahap ini siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi masalah, kemudian mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3. Melaksanakan rencana penyelesaian tersebut
Langkah yang ketiga, siswa dapat menyelesaikan masalah dengan melihat contoh atau dari buku, dan bertanya pada guru.
4. Memeriksa kembali penyelesaian yang telah dilaksanakan
Terakhir siswa mengulang kembali atau memeriksa jawaban yang telah dikerjakan, kemudian siswa bersama guru dapat menyimpulkan dan dapat mempresentasikan di depan kelas.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode problem solving menurut Majid (2009, hlm. 142-143), sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah tersebut harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi, dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tersebut tentu saja didasarkan pada data yang telah diperoleh.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Pada langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul sesuai.
5. Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah.
Setiap metode pembelajaran pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Polya (2002, hlm. 30) metode pemecahan masalah memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut:
Kelebihan metode pemecahan masalah, yakni:
1. Dapat membuat siswa menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari.
2. Dapat melatih dan membiasakan para siswa untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
3. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara kreatif.
4. Siswa sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
Kekurangan metode pemecahan masalah, yakni:
1. Memerlukan cukup banyak waktu.
2. Melibatkan lebih banyak orang.

Referensi
Arends (2008). Model Problem Solving. Jakarta: Pustaka Buku.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Majid, A. (2009). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Polya (2002). Model Problem Solving dalam Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Buku.
Pranata (2005). Penerapan Problem Solving. Bandung: Sanata Dharma.
Prawiro (1986). Model Problem Solving. Jakarta: Quantum Teaching Center.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudjana, N. (1987). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

0 comments:

Posting Komentar

popcash