Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan suatu pendekatan dalam pelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar dalam CBSA diwujudkan dalam berbagai kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana, dan lain sebagainya. Setiap kegiatan tersebut “menuntut keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan, tindakan, serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan (motorik, kognitif, dan sosial), penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap” (Raka Joni, 1985, hlm. 2). Istilah CBSA menurut Nana Sudjana (1989, hlm. 20) merupakan “suatu cara belajar mengajar yang memberi peran lebih banyak kepada anak didik untuk aktif dalam proses belajar mengajar sesuai dengan potensi yang dimiliki”. Pendekatan CBSA menurut A. Yasin (dalam Oemar Hamalik, 1994, hlm. 136) juga “dinilai sebagai suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Misbah Partika (1987, hlm. 4) “CBSA adalah proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan dan melibatkan berbagai potensi siswa baik yang bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara optimal”.
Pelaksanaan proses pembelajaran CBSA dititikberatkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA dilakukan dengan cara mengfungsionalkan seluruh potensi manusiawi siswa melalui penyediaan lingkungan belajar meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, guru, media pembelajaran, suasana kelas, dan sebagainya. Adapun cara belajar siswa disesuaikan dengan minat dan pemberian kemudahan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan pengendapan, sehingga hasil belajar dapat terinternalisasi pada diri siswa. Pada kondisi ini semua unsur pribadi siswa terlibat secara aktif, seperti emosi, perasaan, intelektual, pengindraan, fisik, dan sebagainya.
Peranan guru pada CBSA bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa, melainkan bertindak sebagai fasilitator. Artinya, siswa aktif belajar, sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan, dan pelayanan. Sejumlah kegiatan yang perlu dilakukan guru dalam CBSA, sebagai berikut:
1. Menyiapkan lembar kerja siswa;
2. Menyusun tugas bersama siswa;
3. Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan;
4. Memberikan bantuan dan pelayanan apabila siswa mendapat kesulitan;
5. Menyampaikan pertanyaan yang bersifat bantuan;
6. Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum;
7. Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lamban belajar;
8. Menyalurkan minat dan bakat siswa;
9. Mengamati setiap aktivitas siswa.
CBSA dapat diterapkan dalam setiap proses belajar mengajar. Kadar CBSA dalam setiap proses belajar mengajar dipengaruhi oleh penggunaan strategi belajar mengajar yang diperoleh. Kadar CBSA juga ditandai oleh semakin banyak dan bervariasinya keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Kadar CBSA dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukkan ciri, sebagai berikut:
1. Pada tingkat masukan, kadar CBSA ditandai oleh:
a. Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, dan aspirasi yang telah dimiliki siswa sebagai bahan masukan untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang menjadi acuan baik bagi siswa maupun bagi guru.
c. Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan pelajaran.
d. Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang akan digunakan sebagai alat bantu belajar.
5. Adanya kesadaran dan keinginan besar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Pada tingkat proses, kadar CBSA ditandai oleh:
a. Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal dalam proses belajar.
b. Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat, memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur kemandirian yang cukup tinggi.
c. Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi, selaras, dan seimbang dalam proses belajar.
d. Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman belajar serta membantu mengorganisasikan lingkungan belajar tersebut, baik secara individu maupun kelompok.
e. Keterlibatan siswa dalam mencari informasi dari berbagai sumber yang berdaya guna dan tepat guna bagi mereka, sesuai dengan rencana kegiatan belajar yang telah dirumuskan.
f. Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan/masalah, berupaya menjawab sendiri, menilai jawaban dari rekan, dan memecahkan masalah yang timbul selama proses belajar berlangsung.
3. Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh:
a. Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri dan menilai teman sekelas.
b. Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi instrumen penilaian yang diajukan oleh guru.
c. Keterlibatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan hasil belajar.
d. Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagai hasil belajar.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari pendekatan CBSA, dijabarkan sebagai berikut:
Kelebihan pendekatan CBSA:
1. Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditunjukan melalui keberanian memberikan pendapat.
2. Keterlibatan mental siswa dalam kegiatan belajar ditunjukan dengan peningkatan diri kepada tugas.
3. Peranan guru lebih banyak sebagai fasilitator yang memperlihatkan kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab siswa di dalam kegiatan belajar.
4. Belajar melalui pengalaman langsung.
5. Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar.
6. Kualitas interaksi siswa, baik intelektual, sosial, maupun emosional.
Kelemahan pendekatan CBSA:
1. Tidak menjamin pengambilan keputusan.
2. Diskusi tidak dapat diramalkan arahnya.
3. Memerlukan pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) serta jadwal yang luwes.
4. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa.
Referensi
Hamalik, O. (1994). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Joni, R. (1985). Strategi Belajar-Mengajar, Suatu Tujuan Pengantar. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Partika, M. (1987). Apa dan Bagaimana CBSA. Klaten: Intan Pariwara.
Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
0 comments:
Posting Komentar