Oray-orayan
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Permainan tradisional oray-orayan merupakan permainan tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat. Oray-orayan merupakan kata bahasa Sunda, yang berarti meniru/menyerupai ular. Permainan ini dapat dimainkan baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan atau campuran. Pada umumnya permainan ini masih dikenal, terutama di daerah pedesaan, biasanya dilakukan oleh siswa di halaman sekolah maupun halaman rumah yang agak luas.
Permainan oray-orayan dilakukan secara berkelompok. Semakin banyak jumlah pemain, semakin baik karena akan lebih indah terlihat bagaikan ular yang sebenarnya. Permainan ini tidak memerlukan alat bantu apa pun, hanya memakai syair lagu Sunda berisi tanya jawab yang dinyanyikan ketika bermain.
Permainan dimulai dengan cara membuat dua barisan yang berjejer ke belakang, dua barisan ini yang nantinya akan menjadi ular dan akan saling memangsa. Anak yang paling depan menjadi kepala ular, sedangkan di tengah dan belakang menjadi bagian tubuh dan ekornya. Agar terlihat seperti ular, setiap pemain meletakkan tangannya di bahu/memegang perut temannya yang berada di depannya, kecuali yang menjadi kepala ular.
Biasanya anak yang menjadi ekor dan berada di paling akhir, dipilih anak yang paling kecil dan lincah karena ia harus dapat menghindari tangkapan kepala ular lawan. Untuk bagian tubuh ular biasanya dipilih anak yang kuat agar sambungan ular tidak terputus. Permainan sesungguhnya baru dimulai ketika kedua kepala ular saling berhadapan dan setelah selesai menyanyikan syair lagu.
Adapun syair lagu permainan oray-orayan, sebagai berikut:
Oray-orayan luar leor mapay sawah
Entong ka sawah parena keur sedeng beukah
Oray-orayan luar leor mapay kebon
Entong ka kebon loba barudak keur ngangon
Mending ge teuleum
Di leuwi loba nu mandi
Saha anu mandi
Anu mandina pandeuri
Hap...hap...hap...
Setelah selesai melantunkan lagu tersebut, kepala ular mulai berusaha menangkap ekor ular sambil diiringi suara “hap...hap...hap...”. Permainan akan berakhir ketika ada kelompok ular yang terputus atau ekornya tertangkap oleh kepala ular lawan.
Permainan ini terdapat hampir di seluruh wilayah Jawa Barat dengan cara yang hampir sama, namun seiring perkembangan adat budaya daerah yang berbeda, terkadang terpadat perbedaan pada syair lagu oray-orayan. Permainan ini memberikan sentuhan pendidikan, olahraga, sportifitas, kerjasama tim, kegigihan, pantang menyerah, dan kekompakan. Selain itu, barisan atau formasi yang membentuk ular yang meliuk mengandung nilai keindahan tersendiri.
Adapun pesan tersirat yang ingin disampaikan dalam lirik lagu oray-orayan, jika ditinjau dari lirik lagunya, permainan oray-orayan memberi pesan kepada anak-anak agar tidak bermain di sembarang tempat. Seperti yang disebutkan pada lirik, jangan bermain di sawah di mana padinya sedang menguning karena kasihan petani takut panennya gagal, karena semua padinya rusak. Jangan bermain di kebun karena ada tukang kebun yang sedang mengembala hewan, takut menganggu hewan gembalanya yang sedang makan. Jangan bermain di sungai tanpa pengawasan orang dewasa karena di sungai arus airnya deras, selain itu banyak binatang buas.
0 comments:
Posting Komentar