Metode Inkuiri
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Inkuiri berasal dari kata bahasa Inggris to inquire yang berarti ikut serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Inkuiri merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara optimal. Hosnan (2014, hlm. 341) mengemukakan “inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan”. Proses berpikir tersebut biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Lebih lanjut Yamin (2013, hlm. 72) mengemukakan bahwa “inkuiri merupakan sebuah proses dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah berdasarkan pengujian logis atas fakta dan observasi”.
Pembelajaran dengan metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sehingga siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran saja, tetapi juga cara mereka dalam menggunakan potensi yang dimiliki untuk menyelidiki sesuatu. “Penerapan metode inkuiri akan menghasilkan peserta didik yang mampu memecahkan masalah dan membangun potensi tentatif yang akan dijawab dengan hasil penelitian mereka” (Yamin, 2013, hlm. 73).
Melalui metode inkuiri siswa diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dalam membangun pengetahuan yang bermula dari observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Tugas guru adalah “memilih masalah yang perlu disampaikan di kelas untuk dipecahkan dan menyediakan sumber belajar bagi siswa untuk memecahkan masalah, dalam hal ini peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai pembimbing dan fasilitator” (Hamiyah dan Jauhar, 2014, hlm. 189). Bimbingan dan pengawasan guru dalam kegiatan pembelajaran masih diperlukan, tetapi intervensinya harus dikurangi.
Sanjaya (2006, hlm. 196-197) menyebutkan ciri-ciri metode inkuiri, yakni:
1. Metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya, metode inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar, jadi siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan sendiri untuk menemukan inti dari materi pelajaran itu tersendiri.
2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap rasa percaya diri.
3. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah mengembangkan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Setiap metode pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, namun kelebihan dan kekurangan tersebut hendaknya dijadikan referensi untuk penekanan terhadap hal yang positif dan meminimalisir kekurangan, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung sesuai rencana. Hosnan (2014, hlm. 344) mengungkapkan sejumlah kelebihan metode inkuiri, sebagai berikut:
1. Pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara seimbang.
2. Pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3. Pembelajaran dapat melayani siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata.
4. Inkuiri merupakan metode yang dianggap paling sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Sapriya (2007, hlm. 175) mengemukakan kelebihan dari metode inkuiri, yakni:
1. Mengembangkan sikap dan keterampilan siswa untuk mampu memecahkan permasalahan serta mengambil keputusan secara objektif dan mandiri.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
3. Membina dan mengembangkan rasa ingin tahu dan cara berpikir objektif kritis analitis baik secara individual maupun secara kelompok.
4. Belajar melalui inkuiri dapat memperpanjang proses ingatan atau konsep yang telah dipahami.
5. Pada metode inkuiri tidak hanya ditujukan untuk belajar konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi sosial, dan sebagainya.
Di samping memiliki kelebihan, metode inkuiri juga memiliki kekurangan seperti yang diungkapkan Sanjaya (2006, hlm. 208-209), sebagai berikut:
1. Pembelajaran inkuiri sulit direncanakan karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2. Kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran.
3. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
4. Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.
Agar pembelajaran berjalan secara optimal, maka kekurangan tersebut perlu diminimalisir melalui peran guru dalam kegiatan belajar mengajar. Gulo (2002, hlm. 86-87) menjelaskan peranan guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri, sebagai berikut:
1. Motivator, memberikan rangsangan agar siswa aktif dan gairah dalam berpikir;
2. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa;
3. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri;
4. Administator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas;
5. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan;
6. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas; dan
7. Rewarder, yang memberikan penghargaan pada prestasi yang dicarapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Referensi
Gulo, M. (2002). Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Hamiyah, N., & Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar-Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Hosnan (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press Group.
0 comments:
Posting Komentar