Paduan Suara
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
“Paduan suara ialah nyanyian bersama dalam beberapa suara” (Jamalus, 1981, hlm. 95). Nyanyian bersama tersebut terdiri atas empat suara, tiga suara, atau paling sedikit dua suara. Adapun jika dinyanyikan dalam satu suara saja disebut unisono. Harahap (2005, hlm. 1) mengungkapkan “paduan suara berasal dari kata suara yang terpadu yang terdiri dari paduan suara besar atau kecil”.
Berdasar sejumlah pandangan tersebut, disimpulkan bahwa paduan suara merupakan aktivitas bernyanyi secara serentak, terpadu dengan keselarasan volume yang baik dan terkontrol, mengikuti keselarasan harmoni dan memberikan interpretasi yang sedekat-dekatnya dengan kemauan komposer.
Sitompul (1988, hlm. 1) mengemukakan bahwa “paduan suara merupakan himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompok-kelompokkan menurut jenis suaranya”. Jenis-jenis suara wanita dan anak-anak digolongkan menjadi: sopran, mezzo-sopran, dan alto. Sedangkan pria menjadi: tenor, baritone, dan bass.
Sopran umumnya memiliki ciri suara yang terang dan ringan. Wilayah nada suara sopran merupakan yang tertinggi dari suara lainnya. Alto memiliki bunyi yang dalam dan pembawaan yang terkesan berat, jangkauan nadanya lebih rendah daripada sopran. Di antara sopran dan alto terdapat suara mezzo-sopran, jangkauan nadanya berada di antara sopran dan alto, ciri suaranya tidak terlalu berat, namun tidak terlalu ringan. Untuk suara pria, tenor merupakan suara yang memiliki jangkauan nada tertinggi di antara semua suara pria lainnya, cirinya terdengar ringan, terang, dan nyaring. Bass memiliki jangkauan nada terendah, pembawaannya berat dan dalam. Di antara tenor dan bass terdapat suara baritone yang tidak terlalu ringan maupun terlalu berat.
Ketika membentuk sebuah kelompok paduan suara, hal pertama yang harus diperhatikan adalah warna suara atau timbre. Jika hal ini kurang diperhatikan, maka kelompok paduan suara yang akan terbentuk akan mengalami hambatan dalam upaya pengembangan selanjutnya. Pelatih akan kesulitan menyamakan warna suara anggota paduan suara tersebut. Kemampuan menjangkau nada tinggi atau nada rendah menjadi pertimbangan kedua setelah warna suara. Dengan demikian, pelatih paduan suara dapat lebih mudah menyelenggarakan latihan karena warna suara telah terbilang sama, sehingga tinggal mengembangkan hal lainnya.
Paduan suara yang memiliki kualitas baik adalah paduan suara yang antar suaranya seimbang. Sitompul (1988, hlm. 5-6) memberikan contoh formasi paduan suara sejenis, sebagai berikut:
Jamalus (1981, hlm. 96) menyatakan bahwa terdapat sejumlah komponen yang memegang peranan penting dalam paduan suara, di antaranya:
1. Pimpinan
Pimpinan atau dirigen atau conductor perlu memiliki kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi pimpinan. Pemimpin paduan suara perlu memiliki pengetahuan yang baik, meliputi teori dan harmoni dalam hal seni suara. Teori tersebut harus dituangkan dalam praktik.
Seorang pemimpin paduan suara harus memiliki pendengaran musikal yang baik, dapat membedakan benar dan salah, mengenai notasi dan membawakan dinamika lagu. Pendengaran musikal ini, meliputi melodi, harmoni, kerapihan irama, kebersihan intonasi, blend, balance suara, dan sebagainya.
Kepekaan dan kejelian untuk menangkap ritme atau irama bagi seorang pemimpin paduan suara amat penting karena akan mempengaruhi bagaimana penyajian dan interpretasi musik yang akan dibawakan.
Pembendaharaan musik seorang pemimpin paduan suara harus terus berkembang, bukan hanya dari segi kuantitas, namun juga ragam dan gaya. Seorang pemimpin paduan suara hendaknya memiliki pergaulan yang luas mengenai musik, jadi tidak hanya mengenal ataupun menyukai satu aliran saja. Maka, diperlukan pengetahuan musik yang luas dari seorang pemimpin paduan suara, sehingga ketika menemui lagu baru sudah memiliki bayangan bagaimana lagu tersebut harus dibawakan. Hal ini yang akan menjadi sumber materi untuk paduan suara yang dipimpinnya.
2. Anggota
Paduan suara tentu tidak akan terbentuk tanpa memiliki anggota, maka harus ditentukan dulu siapa anggota atau penyanyinya. Anggota paduan suara erat kaitannya dengan jenis paduan suara. Menurut Prier (2003, hlm. 13) jenis-jenis paduan suara ada empat jenis dan sudah umum dipakai di Indonesia, yakni “1) paduan suara anak-anak, 2) paduan suara remaja, 3) paduan suara dewasa, dan 4) paduan suara sejenis”.
3. Pengiring
Bernyanyi dalam paduan suara tanpa iringan alat musik dinamakan a capella. Namun, jika menggunakan iringan musik, iringannya bisa satu alat musik (umumnya piano atau gitar), dua alat musik atau bahkan satu orkestra penuh. Iringan hendaknya memberi dukungan kepada paduan suara dalam penyajian, misalnya mengisi kekosongan, menjadikan semakin semarak, dan sebagainya. Menjadi pengiring paduan suara tentu menjadikan pengiring sebagai tim kerja paduan suara, maka pengiring harus mengikuti latihan dan semua proses yang paduan suara lewati.
4. Bahan atau komposisi
Bahan atau komposisi menjadi hal yang penting pula, karena latihan dan penggarapan lagu tidak akan mungkin terlaksana tanpa adanya bahan lagu yang akan dinyanyikan. Untuk paduan suara siswa, lagu yang dipakai tidak terlalu sederhana dan tidak terlalu sulit. Lirik lagunya sederhana dan umumnya memuat rima. Akor yang digunakan juga tidak terlalu banyak perpindahan. Lagu yang biasa dibawakan paduan suara anak adalah lagu anak, lagu daerah, lagu populer, serta lagu nasional. Melodinya sederhana dengan range nada yang tidak terlalu jauh dan sesuai dengan keinginan siswa.
Referensi
Harahap, J. (2005). Perkenalan Paduan Suara. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Jamalus (1981). Musik 4 untuk SPG Kelas II. Jakarta: CV Titik Terang.
Prier, K. E. (2003). Menjadi Dirijen III-Membina Paduan Suara. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Sitompul, B. (1988). Paduan Suara dan Pemimpinnya. Jakarta: Gunung Mulia.
0 comments:
Posting Komentar