Model Pembelajaran Jigsaw (Tim Ahli)
Jigsaw adalah tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini didesain untuk menigkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan. Model pembelajaran jigsawini dilandasi oleh teori belajar humanistik, karena teori ini menjelaskan bahwa pada hakekatnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual, dan dorongan internal untuk berkembang serta menentukan perilakunya.
Teknik mengajar jigsaw sebagai model pembelajaran kooperatif bisa digunakan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua jenjang pendidikan terutama menengah dan tinggi.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif, dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
Pada model pembelajaran ini peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan.
Kunci keberhasilan model pembelajaran jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif serta saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-7 orang.
2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
3. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dengan kelompok ahli.
4.Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
5. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut.
6. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
7. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
8. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.
9. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
b. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat.
c. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Adapun beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, antara lain:
1) Prinsip utama pembelajaran ini adalah peer teaching(pembelajaran oleh teman sendiri), ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan didiskusikan bersama siswa lain.
2) Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman.
3) Record siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
4) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
5) Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
0 comments:
Posting Komentar