Senin, 20 Juni 2016

Analisis Gambar Legendaris Masa Kecil Anak Indonesia (Pemandangan Gunung Kembar)



Analisis Gambar Legendaris Masa Kecil Anak Indonesia
(Pemandangan Gunung Kembar)
Karya: Rizki Siddiq Nugraha

analisis gambar legendaris masa kecil anak Indonesia

Gambar di atas merupakan contoh gambar yang sering sekali digambar oleh anak Indonesia semasa kecil. Apabila anak Indonesia diberi tugas untuk menggambar pemandangan bebas, maka secara umum hasilnya ialah gambar pemandangan gunung kembar tersebut. Anehnya, anak yang belum pernah melihat secara langsung gunung atau pemandangan seperti itu pun, tetap menggambar dengan pola yang sejenis. Seolah gambar gunung kembar adalah pilihan satu-satu nya pola gambar pemandangan yang dapat di gambar orang Indonesia semasa kecil.
Sebuah kondisi umum yang ditemukan dalam gambar anak-anak dengan pola "gunung kembar" adalah 2 bidang 'luas' yang sulit ditaklukkan oleh anak-anak. Pola gambar tersebut menyisakan dua ruang bidang gambar yang penggarapannya bisa melelahkan. Seseorang yang ingin mengisi kedua bidang tersebut, harus berpikir "bagaimana mengisi lahan luas di depan penggambar hingga ujung kaki gunung"? Kesadaran bahwa antara gunung dengan penggambar ada 'jarak' yang amat luas, amat jauh, memaksa penggambar harus bersusah payah mengisikan banyak objek dalam dua bagian lahan tadi. Sebuah pemecahan masalah yang lazim ditemukan adalah, setelah menempatkan jalan lurus atau berkelok (ini bagian pola 'wajib' dalam pola gambar "gunung kembar"), adalah mengisi bidang kiri dengan gambar petak-petak sawah atau tegalan yang berpohon jarang, dan sebelah kanan dengan ruang berair sejenis danau atau laut. Maka, detail gambar pemandangan gunung kembar ini, meliputi gambar dua gunung, jalan diantara dua gunung, matahari diantara dua gunung, petak sawah disamping kiri dan kanan, pohon, langit yang ada burung terbang, rumah, dan ruang berair sejenis danau atau laut.
Keadaan seperti ini tentu merupakan bentuk ketidak kreatifan gambar anak yang anehnya dilakukan oleh banyak anak. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor. Gambar tersebut menjadi gambar konvensional bagi anak Indonesia disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
1. Metode pengajaran guru
Kebanyakan anak menggambar dengan bentuk atau pola gambar yang sama tentu berasal dari pengajaran yang sama oleh guru. Guru dalam hal ini menjadi tokoh yang mempelopori hal ini. Cara mengajar guru yang mengajar seni rupa dengan sistem hafalan menjadi salah satu penyebab hal ini terjadi. Meskipun jika tidak ada niat seperti itu, namun gambar yang diajarkan oleh guru tetap sama yaitu gambar dua gunung dan satu matahari, padahal contoh yang diberikan bisa saja dirubah.
2. Merupakan gambar khas pemandangan
Setiap ada pelajaran seni rupa khususnya menggambar, yaitu menggambar pemandangan, guru selalu mencontohkan gambar dua gunung dan satu matahari. Demikian banyak anak di Indonesia secara otomatis berpikir bahwa menggambar pemandangan adalah menggambar dua gunung dengan matahari di tengahnya. Hal ini merupakan fenomena yang umum terjadi dalam pelajaran seni rupa di sekolah-sekolah negeri Indonesia. Sistem pendidikan seni rupa yang salah di sekolah-sekolah dasar negeri menghilangkan potensi kreatif anak Indonesia. Termasuk saat seorang guru memberi contoh di papan tulis dengan sebuah pemandangan dua gunung dan satu matahari.
3. Mudah dibuat
Dengan melihat gambar dua gunung dan satu matahari orang sudah bisa mengatakan bahwa gambar itu adalah gambar pemandangan, sehingga tidak perlu repot-repot menggambarkan pohon, hutan atau gambar alam lain yang lebih sulit. Demikian pula pada gambar dua gunung dan satu matahari yang memiliki bentuk sederhana yaitu dua buah segitiga, sebuah garis melengkung di tengahnya dan sebuah garis datar sebagai garis dasar sudah menjadi sebuah gambar pemandangan. Kemudahan cara menggambar inilah menjadi hal yang mudah ditiru oleh anak terutama anak kecil. Sehingga dengan meniru gambar tersebut anak-anak sudah dapat dikatakan mampu menggambar pemandangan. Hal itu tentu menggembirakan karena pada dasarnya usia mereka masih dalam tahap prabagan. Apalagi pada anak yang tinggal di daerah dekat gunung, pemandangan gunung dan matahari menjadi hal yang biasa. Objek yang sering dilihat oleh anak dan dekat dengan kehidupan anak akan lebih mudah dan cepat untuk diajarkan dan dimengerti anak.
4. Gambar yang mewakili banyak hal
Gambar yang terdiri dari dua gunung dan satu matahari sudah menjadi gambar yang dapat menceritakan berbagai hal. Yaitu suasana alam yang diantaranya terdapat dataran rendah, dataran tinggi, daerah pegunungan, daerah pesawahan, hutan,  jalan, suasana pagi, dan sebagainya. Sebuah garis lurus yang menjadi garis dasar menjadi dasar yang mudah dibuat sebagai awalan untuk menggambar. Garis ini dapat mewakili area persawahan, jalan dan dataran rendah di bawah gunung. Bentuk segitiga merupakan perwakilan gambar gunung yang mudah dibuat bagi anak. Hanya dengan membuat gambar segitiga sudah dapat dikatakan gunung yang padahal dalam keadaan sebenarnya gunung memiliki permukaan bentuk dan isi yang rumit. Digambarkan dua gunung sebab jumlah gunung yang lebih dari satu buah sudah dapat dikatakan sebagai pegunungan, hal ini berkaitan dengan keadaan di Indonesia yang memiliki banyak gunung. Sedangkan gambar sebuah matahari merupakan cerminan suasana di pagi hari ketika matahari terbit. Hal ini tentu sering dilihat oleh anak yang setiap pagi bersekolah (di daerah pedesaan). Selain itu, jika semisal letak gambar matahari tidak terdapat di tengah-tengah dua gunung maka komposisinya kurang bagus. Matahari yuang terdapat di tengah gunung menjadi gambar yang simetris, yaitu salah satu dari prinsip keseimbangan.
5. Keadaan alam di Indonesia
Gambar yang sudah banyak dicontohkan oleh guru di Indonesia ini tentu berasal dari tradisi turun menurun yang telah diajarkan pada masa sebelumnya. Keadaan alam di Indonesia yang kaya dengan kekayaan alamnya tidak terlepas dari keberaaan gunung berapi. Banyaknya gunung yang ada di Indonesia menjadi pemandangan alam yang mudah dijumpai terutama di daerah pedesaan. Terlebih lagi pada masa dahulu sebelum munculnya banyak bangunan gedung yang besar dan terbentuknya suasana kota yang mendominasi. Keadaan tersebut menjadi pemandangan yang indah di Indonesia, apalagi besarnya ukuran gunung itu sendiri lebih mudah terlihat penampakannya oleh ukuran seorang manusia.
Untuk menanggulangi hal tersebut guru sebaiknya menerapkan berbagai macam teknik maupun metode dalam setiap pembelajaran khususnya pembelajaran seni rupa untuk menggali daya imajinasi siswa, sehingga gambar anak tidak hanya mengikuti pola gunung kembar yang senantiasa diwariskan secara turun temurun. Selain itu, dalam pembelajaran guru sebaiknya memberikan tema pada setiap tugas yang diberikan. Sehingga, siswa tidak hanya terpaku pada hal yang biasa mereka kerjakan sebagai objek gambar, namun keluar dari hal-hal biasa yang sering mereka pikirkan. Sebaiknya, sesekali anak diajak untuk pergi ke suatu tempat dan menugaskan mereka untuk menggambar salah satu atau lebih objek yang mereka anggap menarik. Maka, dengan demikian anak akan dapat menggambar sesuai dengan apa yang mereka lihat, bukan hanya mengikuti pola gambar legendaris pemandangan gunung kembar yang diwariskan.

0 comments:

Posting Komentar

popcash