Model Pembelajaran Konvensional
Karya: Rizki Siddiq Nugraha
Secara bahasa konvensonal berarti tradisional. Tradisional dapat diartikan sebagai sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun temurun. Oleh karena itu, model pembelajaran konvensional dikenal juga dengan istilah model pembelajaran tradisional. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa model konvensional adalah suatu pembelajaran yang mana dalam proses belajar mengajar dilakukan dengan cara yang lama, yaitu dalam penyampaian pelajaran, pengajar masih mengandalkan ceramah.
Pada model pembelajaran konvensional, pengajar memegang peranan utama dalam menentukan isi dan urutan langkah dalam menyampaikan materi tersebut kepada peserta didik. Sementara peserta didik mendengarkan secara teliti serta mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan pengajar sehingga pada pembelajaran tersebut kegiatan belajar mengajar didominasi oleh pengajar. Hal ini mengakibatkan peserta bersifat pasif, karena peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar, akibatnya peserta didik mudah jenuh, kurang inisiatif, dan bergantung pada pengajar.
Bahan pengajaran konvensional sangat terbatas, karena yang menjadi tulang punggung kegiatan instruksional di sini adalah pengajar. Pengajar menyajikan isi pelajaran dengan urutan model, media, dan waktu yang telah ditentukan dalam strategi instruksional. Kegiatan instruksional ini berlangsung dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber belajar sekaligus bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pelajaran ini tidak menggunakan bahan ajar yang lengkap, namun berupa garis besar isi dan jadwal yang disampaikan diawal pembelajaran. Peserta didik mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut dengan cara mendengar ceramah dari pengajar, mencatat, dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Subaryana (2005, hlm. 9) yang menyatakan bahwa “pembelajaran konvensional menempatkan pengajar sebagai sumber tunggal”.
Pada pembelajaran konvensional tanggung jawab pengajar dalam membelajarkan peserta didiknya cukup besar, serta peranan pengajar dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Menurut Subaryana (2005, hlm. 9) bahwa “pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar dapat dikatakan efisien tetapi hasilnya belum memuaskan.
Kelebihan dan kelemahan model konvensional menurut Purwoto (2003, hlm. 67), sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Dapat menampung kelas yang besar, tiap peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk mendengarkan.
2. Bahan pengajaran atau keterangan dapat diberikan lebih urut.
3. Pengajar dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang penting, sehingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
4. Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena pengajar tidak harus menyesuikan dengan kecepatan belajar peserta didik.
5. Kekurangan buku dan alat bantu pelajaran, tidak menghambat dilaksanakannya pengajaran model konvensional.
Kelemahan:
1. Proses pembelajaran berjalan membosankan dan peserta didik menjadi pasif, karena tidak berkesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
2. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat peserta didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.
3. Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan.
4. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi belajar menghafal yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
Referensi
Subaryana (2005). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: IKIP PGRI Wates.
Purwoto, A. (2003). Panduan Laboratorium Statistik Inferensial. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
0 comments:
Posting Komentar